Food Note: Sup Bulu Babi ala Pulau Serangan

Salahsatu highlight dari acara Denpasar Festival 2009 adalah berkumpulnya makanan-makanan khas dari seputar daerah Denpasar, salahsatunya; dari Pulau Serangan. Kalau pada tulisan sebelumnya saya menuliskan mengenai nikmatnya makan Tongkol Bakar di Pulau Serangan, serta gurihnya krupuk Klejat, maka kali ini di salahsatu stand Denpasar Festival saya berkesempatan mencoba jenis masakan khas lainnya dari pulau nelayan ini: Sup Bulu Babi.

Bulu Babi atau Landak Laut adalah hewan laut yang hidup di perairan dangkal, memiliki duri-duri tajam yang panjang dan rapuh sebagai pertahanan diri, hewan yang satu ini merupakan salahsatu bahaya alami bagi para penyelam, karena luka tertusuk duri Bulu Babi ini bisa mengakibatkan infeksi yang serius. Walaupun merupakan negara maritim, Bulu Babi merupakan makanan yang relatif kurang dikenal di Indonesia sehingga tidak dibudidayakan secara komersil. Padahal di negara Jepang sana, kelenjar reproduksi hewan ini (gonad) adalah salahsatu topping Sushi yang digemari dan memiliki nilai komersil tinggi dengan nama "Uni". Secara internasional, hewan ini dikenal dengan nama "Sea Urchin".

Di Pulau Serangan, hidangan ini dinamai "Sup Toro-Toro", dimana jeroan cangkang Bulu Babi ini dimasak dalam sayur bening agak pedas. Berhubung saya belum pernah makan Uni Sushi, maupun masakan lain dari Bulu Babi, makanya waktu memesan hidangan satu ini nggak ada dugaan apa-apa di kepala. Malah saya memesan langsung dua ekor, optimis dengan food experience yang akan saya rasakan. Apalagi hidangan ini disajikan dengan presentasi yang cukup menggugah semangat bertualang rasa saya; si Bulu Babinya ditampilkan masih dalam cangkang, dengan sedikit duri-duri yang masih menempel di bagian luarnya. Setelah kita memesan, barulah si cangkang si Bulu Babi dirusak, dan isinya disendok keluar untuk dicampur dengan kuah sup. Rasanya..?

Dengan warna daging yang kuning coklat keunguan, dan tekstur yang lembek mirip pepes perut ikan, ternyata jenis makanan yang saya sebut terakhir itulah yang paling mewakili rasa Toro-Toro ini; anyir dan amis, sedikit manis menjurus pahit, mirip rasa lemak di perut ikan. Hanya saja teksturnya lebih ke halus bersagu, dibanding perut ikan yang cenderung jelly-ish dan lebih kenyal. Salahsatu makanan paling menantang sejauh ini yang pernah gw rasakan. Very acquired taste.

Yang bikin penasaran, di Sup Toro-Toro ini kelihatannya yang dipakai adalah seluruh isi cangkang si Bulu Babi, berbeda dengan Uni Sushi yang hanya menyertakan bagian gonadnya saja. Apakah ini yang membuat rasa sup ini ekstra amis? Apalagi ternyata bumbu kuah supnya sendiri tidak terlalu banyak menolong; hanya sedikit asin dan sekilas pedas, berbeda jauh dengan asumsi awal saya kalau kaldunya akan seperti dashi nya Jepang yang gurih dan strong itu. Jadi kesimpulan saya setelah menikmati Sup Toro-Toro adalah; ini jenis makanan yang masih perlu dikembangkan lagi, dengan penambahan bumbu yang lebih tajam misalnya, dan treatment khusus pada bahan dasarnya untuk menghilangkan si rasa amis yang mengganggu, karena dengan cara masak seperti ini cenderung kurang menampilkan karakter khas rasa daging Bulu Babi... kalaupun ada. Saya cuma bercermin dari kebiasaan masyarakat Jepang menikmati Uni Sushi, yang berarti seharusnya ada karakter rasa yang plus dari hewan satu ini.

Walhasil, walaupun dua ekor Bulu Babi hanya memiliki daging sekitar dua sendok makan, namun sepertinya hidangan ini nggak habis-habis dimakan. Masih untung dalam memesan Sup Toro-Toro ini saya memesan juga ketupat, dan Jukut Bulung (urap rumput laut) yang lumayan ampuh menetralisir rasa amis si Sup Bulu Babi. Lain kali dalam menghadapi hidangan yang benar-benar asing saya harus lebih rendah hati... pesen satu saja dulu.

Selain dari dibuat sup, Bulu Babi di stand Pulau Serangan ini disajikan juga dalam bentuk pepes (5K), sedangkan versi gorengnya nggak saya temukan. Ada yang pernah mencoba juga? Gimana pengalaman anda? (bay)

4 comments:

Ade Putri Paramadita said...

Aku doyan banget nih toro-toro, tapi belum pernah nyobain versi sup dan pepesnya. Biasanya kalau mau ke Bali, aku SMS temenku - owner Warung Pregina Sanur. Dia akan cariin toro-toro, dan nanti dimasakin. Biasanya sih ditumis dengan banyak bumbu. Uenaaak!

Jukut Bulung itu juga yaaaa... enak buanget!
Masih penasaran nih sama sup bulu babi & pepesnya *yum!*

Bayu Amus said...

ck ck ck, bener nih banyak koneksi ke good stuffs

Syah Bio said...

Selamat siang Kang Bayu.
Saya salah seorang reporter yang sedang mencari foto makanan olahan dari bulu babi.
Karena kebetulan untuk edisi selanjutnya topik kami tentang itu.
Saya sangat senang sekali dengan foto yang Kang Bayu tampilkan pada artikel ini.
Untuk itu, jika Kang Bayu berkenan, saya mohon izin untuk menampilkan foto makanan olahan dari bulu babi itu
di majalah kami. Mungkin nanti bisa dikirim ke syah_biology@yahoo.co.id.
Tentu saja dengan mencantumkan nama Kang Bayu sebagai pemilik foto tersebut.
Saya mohon balasan segera dari Kang Bayu.
Terima kasih banyak atas perhatian dan kerja sama Kang Bayu.


Syah Bio said...

Selamat siang Kang Bayu.
Saya salah seorang reporter yang sedang mencari foto makanan olahan dari bulu babi.
Karena kebetulan untuk edisi selanjutnya topik kami tentang itu.
Saya sangat senang sekali dengan foto yang Kang Bayu tampilkan pada artikel ini.
Untuk itu, jika Kang Bayu berkenan, saya mohon izin untuk menampilkan foto makanan olahan dari bulu babi itu
di majalah kami. Mungkin nanti bisa dikirim ke syah_biology@yahoo.co.id.
Tentu saja saya akan mencantumkan nama Kang Bayu sebagai pemilik foto tersebut.
Saya mohon balasan segera dari Kang Bayu.
Terima kasih banyak atas perhatian dan kerja sama Kang Bayu.


Appearances