Food Note: Telur Asin Asap

Jaman dahulu kala, yang gw inget dari telur asin adalah statusnya sebagai staple food dikala bepergian. Mau itu bersama lontong ataupun going solo, statusnya tetep, kalau mau jalan jauh atau piknik, atau kemping, maka telur asin ini harus ada!

Namun seiring waktu, kebiasaan itu sendiri lambat laun semakin berkurang, dan akhirnya menghilang...

... atau masih ada yang disuguhin telur asin plus lontong instead of McD kalau lagi darmawisata?

(Membayangkan acara outing kantor di Dufan, dan semua asik ngunyah telur asin dan lontong...)

Namun walaupun konsumsi nasional mungkin menurun, tapi penggemar makanan unik yang satu ini tetep ada, dan para juru masakpun tak henti-hentinya muncul dengan inovasi. Hal ini tak lain, karena aroma dan tekstur telur asin yang cenderung unik. Tidak se-unik Telur Pitan (Century egg), tapi karena itu pula lebih mudah untuk di padu-padankan dengan aneka masakan, salahsatu yang paling ngetop adalah Udang Telur Asin.

Dari sisi produsen, baik teknologi maupun cara pengolahan telur asin cenderung tidak berkembang banyak mungkin dalam limapuluh tahun terakhir. Namun demikian, salahsatu inovasi dalam hal pengolahan sesekali muncul misalnya seperti yang banyak dipraktikkan sekarang ini, yaitu dengan melakukan proses pengasapan di akhir proses produksi. Dan masyarakatpun kemudian mengenal satu varian baru makanan ini, yaitu Telur Asin Asap.

Dari segi penampilan, makanan yang satu ini memiliki ciri adanya karakter warna marbling kecoklatan pada kulit telur. Beberapa masih memiliki warna dasar biru, sedangkan lainnya ada yang coklat penuh sehingga memiliki kemiripan dengan telur pindang.

Sistem penjualannya, biasanya di toko-toko diletakkan di dry storage, dalam bentuk kemasan satu pak tapi boleh dibeli satuan.

Dari segi rasa, spesimen yang gw temui di Carrefour (gara-gara nyokap penasaran pengen beli), ternyata memiliki kualitas yang baik. Rasanya nggak terlalu asin, dan terdeteksi adanya aroma smokey yang lembut. Lucu juga soal aroma ini, karena setelah diperhatikan betul-betul sepertinya nyaris nggak ada perbedaan rasa dengan telur asin biasa, hanya saja penambahan aroma tersebut membuat sensasi kenikmatannya cukup berbeda. Apalagi nuansa aroma smokey nya ini terus terbawa hingga ke tahap aftertaste. Yang rada mengherankan, karakter aroma smokey nya ini justru lebih kuat di bagian kuning telurnya, dan cukup mengubah karakter rasa keseluruhan dari si kuning telur tersebut. In a good way surely.

Dijual dengan harga sekitar 3K, agak sedikit saja lebih mahal dibandingkan telur asin biasa, rasanya telur asin asap ini cukup menarik untuk variasi.

Jadi penasaran pengen nyobain juga telur asin asap yang grade-nya lebih bagus daripada punyanya Carrefour... (bay)

Image dari: http://telurasinasap.blogspot.com/ - websitenya Elmata, salahsatu produsen telur asin asap di Solo.

3 comments:

ida baik said...

kepiting asap aku tau, telor asin aku baru tau..
hihihi..
boleh juga nih dicoba..
buat temen makan kalo masak rawon.. hehehehe..

Bayu Amus said...

wah, cocok banget tu da, toge jangan lupa

Ade Putri Paramadita said...

Ohhh, jadi makan telur asin tanpa temen itu wajar yah rupanya? Huahahaha... It was 11 years ago, waktu aku pertama kali lihat orang ngegado telur asin di KRL. Dan itu rasanya kayak pemandangan yang maha aneh. Hahaha... *soalnya dari kecil nggak pernah tau ada yang makan telur asin begitu aja, tanpa rawon, tanpa nasi*

Anywaaaay, telur asin asap ini wajib dicoba. Kalau di "bandar telur asin" di deket rumahku, adanya telur asin oven. Ada semburat warna cokelat tipissss banget di kulitnya. Tapi rasanya nyaris nggak ada bedanya dengan telur asin biasa. Bedanya, di bagian putihnya terasa lebih kering.

Appearances