Foodscape & Food Tourism Blueprint di Indonesia


Berikut ini sedikit catatan mengenai draft dari blueprint pengembangan foodscape daerah tujuan wisata Indonesia, sebagai hasil diskusi kelompok dalam acara Dialog Gastronomi Nasional 2017, yang mengusung tema “From Food to Root – The Rise of Gastronomy Tourism” diselenggarakan 29 Maret 2017 oleh Akademi Gastronomi Indonesia (AGI) bekerjasama dengan Kemenpar:

  • Di dalam blueprint pengembangan foodscape, perlu ada strategi yang tepat untuk memposisikan millenial customer dalam konsep bisnis suatu usaha makanan, mengingat potensinya di masa mendatang, sekaligus tantangan-tantangan yang muncul di masa kini (cenderung pelit, banyak tuntutan, dll.).
  • Sebelum bicara foodscape lebih luas, perlu dipikirkan bagaimana cara supaya makanan Indonesia kembali dikenal dan digemari oleh konsumen Indonesia, misalnya jenis inovasi yang bisa dilakukan, pengemasan, branding, dan pengubahan persepsi secara nasional oleh Kemenpar.
  • Dalam pembangunan foodscape, perlu ada program yang jelas untuk mendapatkan feedback mengenati motivasi, pain points, dan trigger dari sasaran pelanggan, sehingga bisa dijadikan insight untuk mengubah kebiasaan konsumsi mereka, sekaligus memperbaiki kualitas layanan suatu bisnis makanan.
  • Diperlukan adanya pengikutsertaan kaum millenial dalam promosi foodscape, misalnya menjadikannya agen promosi foodscape melalui kapasitasnya sebagai Key Opinion Leader (KOL). Usaha juga perlu ditargetkan kepada para idola kaum millenial (penyanyi, bintang film, atlet), untuk berpartisipasi aktif sesuai bidangnya, misalnya menciptakan lagu pop bertema makanan tradisional.
  • Dalam melestarikan foodscape perlu diadakan pembakuan formula untuk menjaga otensitas suatu masakan, konsistensi kualitas, serta cara untuk memodifikasinya menjadi hidangan yang disukai masyarakat luas. Misalnya: SOP, standardisasi, serta sertifikasi berjenjang yang dikeluarkan lembaga kredibel.
  • Untuk mendukung pengembangan foodscape, pengusaha bisnis makanan memerlukan panduan untuk brand identity, service model, hygiene, dan product development. Product development termasuk bagaimana caranya memanfaatkan bahan pangan lokal, serta mendorong terciptanya sinergi antara stakeholders foodscape di suatu daerah tujuan wisata.
  • Dalam menciptakan kenyamanan bagi pelanggan, perlu ada pendekatan holistik dengan memperhatikan panca indera, misalnya: faktor ergonomis untuk kursi dan meja makan, jenis lagu yang cocok untuk diputar sesuai jenis masakan dan selera pelanggan, suhu ideal dan cara menciptakannya, cara mengeliminasi bau yang mengganggu, warna lampu dan ruangan yang memberikan rasa nyaman, dll.

0 comments:

Appearances