Halim


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Chinese
Location:Jl. Kertajaya No. 111-113, Surabaya. Phone: (031) 5032054 / 5039848
Setiap kali Ammal ke Surabaya untuk mengunjungi Eyang Putri, ia selalu menyempatkan untuk mampir ke Halim dan membawakan saya seporsi burung dara goreng sebagai buah tangan. Seperti sudah menjadi sebuah kewajiban baginya yang saya nikmati hasilnya. Hehehe… Dan, pada hari pertama ketika kami tiba di Surabaya kemarin, paman saya lantas mengajak kami sekeluarga, bersama Eyang Putri, untuk makan siang bersama di Halim. Yummm!

Halim tidak pernah berubah wujud. Masuk pintu, deretan meja dengan taplak plastik berjajar rapat. Dengan dinding bersih, sepi dari dekor. Beberapa standing AC terlihat di sudut ruangan. Dalam acara makan kali ini, bibi saya yang memilih serta memesankan makanan. Sayangnya, selain Burung Dara Goreng, Sup Perut Ikan dan Ca Baby Kailan, pilihan lainnya terlalu ‘pop’ buat saya.

Sup Perut Ikan (55K)
Sup Perut Ikan ini disajikan paling awal. Isinya; irisan besar perut ikan, ati, ampela, kembang kol, bakso ikan, dan daun horenso. Belum pernah makan perut ikan? Bayangkan saja kerupuk kulit sapi (a.k.a. dorokdok a.k.a. rambak) yang direndam dalam kuah sup hingga merekah. Tambahkan 4 level tingkat kekenyalan. Superb! Dengan kuah bening pada sup ini, terdapat citarasa khas yang selalu saya temukan di setiap sajian sup perut ikan – yang, entah asalnya dari mana, namun - segar sekali. Rasa bawang putih yang biasanya cukup dominan di masakan Chinese, hanya tersirat tipis di sini. Saya menambahkan condiment berupa kecap asin dengan irisan cabe rawit, untuk menambah kesedapannya. Seporsi sup ini, bisa dibagi menjadi sekitar 8 mangkuk. Pembangkit selera yang mumpuni ini wajib dipesan.

Burung Dara Goreng (60K)
Berisi 2 ekor burung dara yang masing-masing dibelah menjadi 7 potong. Berbeda dengan sajian-sajian burung dara goreng lain yang saya dapatkan di Jakarta maupun di Jogjakarta, di sini, burung dara goreng datang dalam size sedikit lebih besar dan dengan tambahan lapisan tipis lemak di bawah kulit, yang menambah rasa gurih. Tingkat kematangannya pun tepat; tidak sampai garing sehingga tidak menghilangkan nikmatnya mengulum daging burung dara dalam mulut hingga lumat habis. Harga burung dara goreng di sini memang lebih mahal, tapi rasa jauh di atas segalanya! Sebagai condiment, ada cocolan lada garam serta jeruk nipis. Saya sendiri, lebih suka memakannya plain – tanpa condiment apapun. It tastes already too damn perfect. Hehehe… Saya nobatkan sajian dari Halim yang satu ini sebagai Juara Burung Dara Goreng Se-Indonesia. Yihaaaa!

Ca Baby Kailan (25K)
They say it’s a baby kailan. Tapi setahu saya, ini adalah batang kailan ‘dewasa’ yang menyisakan sedikit daun di ujungnya. Ah, whatever. Yang jelas, tekstur sayur ini crunchy. Mengingatkan saya pada batang brokoli yang jadi campuran salah satu menu di Toko You, Bandung. Enak! Sayangnya, saus tiram yang digunakan terlalu pekat dengan rasa asin. Kalau saja tingkat keasinan bisa dikurangi barang tiga level saja, jadinya bakalan sempurna.

Ayam Kolokee (35K)
Ayam asam manis? Sama nggak ya? Duh, yang jelas rasanya yah… Gitu aja. Asam manis gitu lohhh. So so. Not my thing.

Fu Yung Hai (45K)
Tidak saya sentuh sama sekali. Not my thing either. Sorry.

Bihun Goreng (22K)
Tidak ada yang istimewa dengan bihun goreng di sini selain isinya yang banyak (baik macam maupun kuantitasnya). Bihunnya sendiri agak terlalu garing, dan penampilannya juga tidak cantik. Taste? Standar.

Nasi Putih (5K)
Di sini, nasi putih dihitung per-pax.

Next time
, saya akan mencoba untuk memesankan makanan deh. Supaya lebih banyak yang bisa saya ceritakan. Tentu, bukan menu-menu yang ‘pop’ dong ah! :D



ADE-licious-o-meter:
Taste: 8 of 10
Food Presentation: 7 of 10
Service: 8 of 10
Hygienic Level: 8 of 10

3 comments:

Bayu Amus said...

Sulitnya kalau makan bareng keluarga, biasanya cuma mau makan yang standar2 aja =P

Anyway, ada kandidat juara untuk burung dara di jakarta?

Ade Putri Paramadita said...

Belum ada, Kang Bay. Berhubung pertama kali "kenal" burung dara goreng waktu di Surabaya (dulu aku suka makan di tempat yg namanya RM Adam, di daerah Tunjungan), jadinya ngerasa kayak itulah seharusnya burung dara goreng (modelnya nggak jauh beda dengan yang di Halim ini). Akhirnya, semua burung dara di tempat lain rasanya jadi "kurang" aja. Even yang di Duck King & Super Kitchen lho.

Bayu Amus said...

idem sih... sekalinya ke Solo taun '95 dulu, trus makan bebek ma burung dara disana, jadinya standar rada ketinggian buat Jakarta =|

Appearances