O'Connor Grill Room

Rating:
Category:Restaurants
Cuisine: European
Location:Jl. Lombok No. 69, Menteng, Jakarta Pusat. Telp. (021) 99204419
Saya tahu tentang adanya O'Connor Grill Room ini dari sebuah mailing list. Seorang pegawainya, mungkin dari divisi promosi atau marketing, dengan sukses telah menarik perhatian saya dengan memposting isi menu OCGR - lengkap dengan deskripsi makanannya (sebagian bahkan dengan sedikit sejarah tentang makanan tersebut), estimasi waktu pembuatan, dan rasa dominan. Wuih... Very attractive! Tapi, dua kali saya terpaksa gagal makan di sini. Yang pertama, karena sudah kemalaman. Setelah melakukan reservasi untuk jam 7 malam yang terpaksa harus saya re-schedule jadi jam 8 malam karena macet, ternyata mereka bilang, O'Connor tutup jam 19.30. Yang kedua, memang tanpa rencana. Sekedar lewat aja, tapi ternyata udah gelap. Nggak jodoh emang. Tapi, ya justru itu yang bikin saya tambah penasaran.

Sampai akhirnya, beberapa pekan yang lalu, Brutus bilang kalau dia lagi pengen banget makan steak. Dan, hmmm... OCGR lucu juga nih kayaknya! Jadi, berangkatlah kami membelah macet dengan niat bulat (uhm, actually maybe it was just me who was a bit too excited) untuk nyobain resto yang konon menyediakan masakan Irish dan Scottish dengan rasa otentik itu.

Setibanya di sana, kaget juga. Uh, bener ini restorannya? Dari luar, penampakannya kok ‘ajaib’ gitu ya? Dan dengan tanda “No Smoking” besar yang menempel di pintu masuk, hmm... Saya sempat berpikir untuk duduk di luar aja, yang pastinya adalah smoking area. Tapi yang namanya di luar itu, bener bener cuma sepetak teras dengan 2 meja, yang berdampingan langsung dengan area parkir mobil. Ya udah, Brutus lantas mengalah. "Duduk di dalam aja yuk. Ngerokoknya nanti aja kalau udah selesai makan," katanya. Kami kemudian disambut dengan gegap gempita oleh 2 orang waitress berkostum ala wanita Eropa jaman dahulu. Tapi,uhm, kostumnya ini jauh dari bagus. Dengan potongan model yang aneh, dan berbahan satin mengkilat. Satu warna peach, satu lagi warna ungu. Persis gorden berjalan. Duh!

Dan inilah yang kami pesan;

BOXTY (12K)
Konon, appetizer ini dituliskan sebagai "Potato skin (with thin layer of potato left), baked with smoked beef, spring onion and hard boiled egg." Datang dalam 3 buah potong kentang yang sangat besar dan dibelah dua, ternyata yang disebut "thin layer of potato left" itu nggak bisa dibilang thin juga. Terlalu tebal, malah. Jauh dari bayangan saya, karena sebelumnya saya pikir ini semacam finger food. Dan isinya juga bukan smoked beef, melainkan daging cincang, yang jumlahnya sangat sedikit. Cincangan telur rebusnya juga nyaris nggak terasa, saking sedikitnya. Yang ada hanya dominan rasa bawang bombay cincangnya aja. Yang paling konyol mungkin ya cara penyajiannya. Kami diberi piring pudding dan sendok teh untuk memakannya. Ya sudahlah. Pasrah is the best way at that time. Perlu banyak tambahan garam dan merica karena rasanya pun hambar banget.

GERT LA MIL Tenderloin 240gr (50K)
Dijelaskan di menu, "Beef steak with forest honey, grilled on charcoal, served with choice of baked potatoes, French fries or mashed potatoes and varieties of vegetables." Saya pesan dengan tingkat kematangan medium. Kalau di menu sih, katanya lama persiapan untuk tingkat kematangan ini adalah 12 menit. Tapi nyatanya, pesanan saya ini baru datang setelah sekitar 20 menit. Owkay, nggak apa-apa. Masih penuh harapan soalnya. Dan memang dagingnya datang dalam bentuk cukup memikat. Mungkin juga karena olesan madu di atasnya yang membuatnya mengkilap, tempting. Tapi, uhm, ini sih bukan medium! Medium well, tapi juga bukan matang karena di-grill. Saya berani bertaruh, tenderloin pesanan saya ini dimatangkan di air mendidih, alias direbus dulu, baru kemudian di-grill untuk memberi tekstur penampakan yang wajar. But, hey Sir O'Connor, you can never, ever, fool me! Untung rasa kasihan saya kepada 2 gorden berjalan itu sangat tinggi. So I didn't say anything. Hanya berusaha keras menikmati 'nasib'. Hehehe... Dan, oh ya, satu lagi. Ingat kalimat "varieties of vegetables"? Well, ternyata itu hanyalah sepotong jagung muda dan sepotong brokoli dengan warna layu – plus agak sedikit kering gosong - yang sama sekali tidak menarik.

FEAST OF VALOR (80K)
Kalau untuk menu yang satu ini, dideskripsikan sebagai, "320 gr of beef is first soaked in mixture of grape juice, lemon and honey, then grilled to medium. After that, the meat is placed on the hotplate and brought to your table, then we pour our special cooking beverage and lit it with fire for a finishing taste and touch." Menu inilah yang lantas saya pilihkan buat Brutus. I thought that he would like to have this one. Apalagi menu ini juga ditampilkan di secarik kartu "Special Menu" yang dipajang di meja. So, it should be something special. Saya pesankan dengan tingkat kematangan medium well. Nah, ketika akhirnya menu ini datang paling akhir (Gert La Mil pesanan saya datang sekitar 10 menit lebih dulu), mulai terlihat kekacauan. Untuk membuat flame di atas daging steak ini saja, 2 gorden berjalan tadi sudah sibuk banget nggak karuan. Mulai memberi aba-aba untuk menyiramkan sari buah di atas daging sampai menyalakan apinya, dan hasilnya... Gagal! Hahaha... Iya, gagal! Apinya nggak menyala. Dan akhirnya atas instruksi sang manager, "Bawa kembali ke dapur!" Gokiiil... Nyaris aja saya ngakak. Tapi akhirnya, demi kesopanan, saya cuma buang muka supaya tampang geli saya nggak visible oleh siapa pun kecuali Brutus (yang tampangnya lebih terlihat kesal ketimbang geli. hihihi...). 5 menit kemudian, makanan ini kembali hadir di meja kami. Kali ini 'pengawal'-nya ada 3 orang. Dan akhirnya ketika api sukses dinyalakan, tampang mereka bertiga lah yang terlihat senang. Imagine kids with tons of balloons. Yeap, that kinda happy expressions. Ha! Api tersebut ternyata menyala nggak lebih dari 30 detik. Ternyata, api hiburan doang. Nggak fungsi, nggak makna. Dan yang paling buruk sebenarnya adalah bentuk makanan ini. Steak tadi kan sebelum dinyalakan apinya, disiram dulu dengan sari buah yang wujudnya itu cair banget. Mirip apple juice gitu. Jadi aja kan, daging yang terendam air. Steak bukan, sup bukan. Apa yah? Duh, it's so undescribable. Parah. Dan ternyata, setelah dipotong, warna dagingnya pun masih merah tua. Ini jelas bukan medium well. Ini sih medium rare. Dan tengahnya itu... dagingnya masih beku! Oh my, oh my... Jadilah saya panggil salah satu waitress ini untuk membuang sari buahnya dan memasak daging ini kembali sampai matang. Terserah deh, mau jadi apa. Yang penting makan aja. Jangan tanya soal rasa. It's totally awful; baik sebelum saya minta untuk diproses kembali, maupun setelahnya.

MINERAL WATER refill (free of charge)
Kebetulan malam itu, saya berdua Brutus semacam nggak tertarik untuk mencoba minuman apa pun. Jadi, mineral water udah cukup buat kami.

Nah, cerita lucunya belum sampai di situ. Waktu Brutus minta bill, kami diminta untuk melakukan sebuah permainan roulette terlebih dahulu. Permainan ini rupanya merupakan bagian dari promosi mereka saat itu. Hasilnya bervariasi, tergantung pilihan kita waktu 'memasang taruhan'. Dan, ternyata, Brutus was quite lucky. We got 50% off discount. Jadi ‘total kerusakan’ yang harus kami bayar saat itu hanya 78K.

Sebelum pulang, salah satu waitress sempat menanyakan komentar kami. Saya bilang, "Sayang aja sih nggak boleh ngerokok. Padahal kan udah malam, nggak ada tamu lainnya juga." Kata si waitress, "Iya, maaf Ibu. Memang ini ruangan AC, jadi nggak boleh ngerokok. Maaf, bagaimana tentang makanannya? Ada komentar mungkin?" Saya menjawab sambil membuka pintu keluar, "Yah, gimana ya? Namanya juga otentik. Mana saya bisa protes kalau memang rasanya begitu?"

Apa saya akan kembali?
No way. Uhm, maaf atuh yesss, Sir O’Connor!

*Note: Yang penasaran bisa cek ke www.oconnorgrillroom.com

6 comments:

audi hayun said...

sebagai seorang juru masak. saya bisa membayangkan cerita anda dengan sempurna sambil mereka kembali bagaimana kekisruhan di dapurnya...so the lesson from anthony bourdain.. never trust the fancy name in the menu....

Ade Putri Paramadita said...

Hahaha... Audi, terus terang yang menarik bukan namanya di menu. Tapi penjelasannya. Dan, yaaah, secara belum pernah ke Irlandia, apalagi Skotlandia, penasaran juga; kayak apa sih makanan autentiknya? Ternyata... ya, gitu deh.

Yasha Chatab said...

People in that region aren't known for great food anyway. Besides, why do u think they wanted to control the spice in our region so much? Because they have horrible food!

audi hayun said...

bangsa irlandia dan skot tentu saja bereputasi dalam menenggak bir dan beradu mulut.... soal makanan, sepertinya memang tidak banyak yang bisa dibanggakan..

Ade Putri Paramadita said...

Tapi, percaya deh, ini bukan sekadar mengadaptasi makanan dari tempat yang tidak terkenal untuk makanan enaknya. Emang parah aja. Steak rebus gitu lohhh.

Sastro Gozali said...

Ya terakhir2 emang saya suka liat promonya O'Connor sih.. tp sekarang udah gak ada kabarnya lagi.. hm.. wahh reviewnya bad ya kayaknya... pengen cobain kesana lagi sih.. tp kalo adeputri udah punya pengalaman gitu.. hm.. I have to think twice!

Appearances