Rating: | ★★★★ |
Category: | Restaurants |
Cuisine: | Asian |
Location: | Gondangdia |
Setelah dipandu oleh tukang parkir muda berkacamata tebal, pintu sisi isteri lantas ia bukakan. Wow! Simple courtesy tapi mengesankan. Begitu sampai di bagian depan tenda, dimana gerobak pilihan menu berada, kami langsung mampir untuk memesan makanan. Tertarik melihat udang (sate) yang segede anak gaban, langkah pertama yang gw lakukan adalah tanya harga...
"Kalau udang ini satunya berapa?" tanya gw polos...
"17.500 rupiah, ini baru keluar nih pak" jawab si pramusaji rada nggak nyambung...
Mungkin maksudnya stock baru. Oh yeah whatever, looks convincing jadi tetep kami pesen. Selain itu, kami memesan juga ayam goreng dan ayam bakar. Lucunya, sewaktu memesan ayam bakar, gw ditanya lagi, ayamnya mau dikasi bumbu apa? Pedas atau biasa? Hmm... jadi penasaran... tapi tentunya gw nggak akan memesan yang pedas. Lantas setelah beres memesan, masuklah kami ke ruangan dalam yang ber-ac. Thanks God no one smoking... padahal nggak ada larangan merokok disana.
Beberapa saat kemudian pesanan kami datang... sebagian. Nasi uduknya sendiri belum datang karena masih dimasak dan dipersiapkan (batch stock baru, bukan individually prepared). Yang pertama mampir adalah... sate udang yang bikin ngiler tadi. Yah, berhubung isteri penggemar udang juga tapi nggak suka kaki-kakinya yang crunchy bin asik itu, maka jatah isteri langsung gw "benahi". Nggak seperti biasanya udang goreng, kali ini kulit udangnya cenderung soft dan mudah dikunyah. Rasanya? Wow!!! Bisa jadi the best sate udang that I had in a long time! Sampe-sampe kaki-kaki dan kulit udangnya saja berbumbu! Wahh... langsung deh semangat memreteli bagian-bagian lainnya. Kepalanya aja bisa dimakan utuh! Kecuali sepasang matanya yang gw buang duluan. Anehnya, walaupun kulitnya hancur sedemikian, tapi ternyata tekstur daging udangnya sendiri masih tetep firm dan kenyal... Padahal kalau overcooked atau over marinated, biasanya tekstur dagingnya sendiri akan melembek... tapi yang ini nggak.
Nasi uduknya kemudian datang dalam bungkusan daun pisang, masih hangat nggak sampe panas melepuh... dan surprisingly, porsinya sedeng! Padahal biasanya di tempat2 nasi uduk legendaris, elemen vital yang satu ini biasanya disajikan dalam porsi ngirit sehingga pengunjung harus sering-sering pesan ulang. Hmm... now it's getting more interesting!
Lalu begitu ayam bakar pesanan gw dateng, ternyata sajian dan tampilannya juga diluar dugaan! Bukan ayam bakar kecap yang terdapat di 99.9 % tempat makan sejenis, tapi ayam bakar dengan bumbu tomat dan cabai. Disajikan tidak terlalu panas, lagi-lagi gw terkejut sama rasa daging ayamnya! Wahh... gurih sampai ke dalam-dalam dengan cita rasa yang juga berbeda dengan lazimnya ayam bakar yang pernah gw santap. Top deh!
Dan setelah udang, ayam, serta satu setengah bungkus nasi uduk, petualangan kuliner malam itupun berakhir... tinggal menunggu kejutan terakhir, bon!
Tapi ternyata ketika bon nya datang pun, kami nggak terlalu terkejut. Udang 17.5K as they said, Ayam Bakar 10K, Ayam Goreng 7.5K, serta nasi uduk yang ternyata hanya @3K!
Meninjau pengalaman makan sebelumnya di bilangan Pasar Baru belakang kantor isteri, nilai ini tentulah melegakan... apalagi experience makan nya cukup pol!
Kesimpulannya, good food experience! Harga memang sedikit diatas rata-rata warung nasi uduk, tapi sangat sebanding dengan kualitas yang mereka berikan. Dan secara standar, masih dalam range yang wajar untuk makanan kelas menengah. Beda dengan rata-rata (presumably) warung nasi uduk yang gw singgung sebelumnya, yang merasa sah-sah saja memasang harga rada tinggi karena faktor lokasi atau reputasi melegenda.
Sate udang nya recommended, ayam bakarnya juga. Will be back? Surely! (bay)
3 comments:
Di mananya Gondangdia sih Bay ?
Yang di kanan itu kah ?
yang selalu rame itu lah fab, di pertigaan kolong rel, setelah Trio sebelum Hero
pasti dah pernah kan?
Oh iya pernah ... Tapi udah lupa rasanya ...
Post a Comment