Bogor Tour 2003, Bagian Terakhir

Kali ini cuplikan terakhir dari Bogor Tour di tahun 2003, melanjutkan bagian ketiga









Sabtu 30 Agustus 03





Bogor Tour, Bagian Terakhir.



Malam hari, lepas Isya.



Setelah beres membungkus sambel, rempeyek kacang, dan Gepuk Karuhun
yang tersisa, kami lalu berkumpul lagi di ruang depan untuk
membincangkan langkah selanjutnya. Seperti rencana awal, malam hari itu
kami akan makan malam bersama di salah satu tempat yang dianjurkan
Yohan. Alamak... saya masih bisa mengingat dan merasakan seberapa
kenyangnya saya waktu itu.




Dan tampaknya sebagian peserta pun sudah angkat tangan. Hanya beberapa
peserta dengan 'endurance' yang super saja, yang masih mendukung acara
makan malam tersebut. Walhasil untuk aman nya maka diambil jalan tengah
dengan memilih tempat hang-out yang bisa untuk bersantai saja, sambil
menikmati suasana malam Bogor yang semakin sejuk. Pilihan jatuh kepada
Cafe Dedaunan yang terletak di kompleks Kebun Raya Bogor. Fbs


beserta isteri mohon diri terlebih dahulu karena masih ada acara dan masih capai setelah perjalanan dari Yogya siang hari nya.




Cafe Dedaunan

Kebun Raya Bogor


Cafe Dedaunan memiliki nuansa yang eksotik. Sepanjang jalan masuk
Kebun Raya hingga tempat parkir, jalanan diterangi oleh obor-obor yang
berbaris rapi, langit dihiasi bintang yang bertaburan, dengan Mars yang
terlihat mencolok, dalam posisinya yang sempat membuat gempar
masyarakat umum beberapa waktu lalu, dan mengakibatkan Planetarium TIM
kehilangan beberapa elemen teleskopnya yang berharga, selain dari
kaca-kaca yang pecah oleh hysteria pengunjung.




Cafe ini terletak ditepi danau buatan yang asri dan luas, dengan tiga
lantai mezanine dimana pada bagian paling bawah terdapat beberapa
pemain musik dengan alunan lagu yang merdu. Disini kami memesan pisang
bakar dan beberapa minuman, sambil Adi menghabiskan sisa cerutu yang
belum selesai dinikmati.




Pisang bakarnya cukup enak. Standar pisang bakar keju minus kacang yang
banyak terdapat dimana-mana, dengan pilihan pisang tanduk yang baik,
dan topping yang cukup melimpah.... tapi lamanya minta ampun! Kecepatan
penyajian nampaknya merupakan titik lemah dari cafe ini, disamping
harga yang sedikit overpriced tanpa didukung kualitas yang memadai.
Nampaknya memang tempat ini lebih menjual suasana dibandingkan makanan.




Setelah cukup lama menunggu pesanan yang tidak kunjung datang, kami
lalu beranjak menuju tempat pemberhentian terakhir untuk tur malam itu,
yaitu Lontong Kari...




Ada satu tempat yang Yohan sarankan untuk dicoba, dan pada saat kami
sampai kesana untungnya masih buka, sementara kedai-kedai di
sekelilingnya rata-rata telah tutup.




Lontong Kari nya sederhana, tanpa tambahan bahan yang aneh atau unik,
tapi rasanya paten... niat mencicipi pun akhirnya berakhir dengan
menghabiskan seporsi full... entah kemana larinya rasa kenyang yang
tadi mengganggu.. he he




Akhirnya, setelah hidanggan terakhir tersebut dengan berat hati kami
harus berpamitan, menutup satu hari panjang yang luarbiasa. Adi dengan
stamina super nya pulang ke Bandung malam itu juga (walau ternyata
sempet tidur di deket pintu tol), sementara saya, mbak Tiwi, Santi, dan
Anna banyak terdiam dalam perjalanan pulang ke Jakarta... kenyang berat
maan....




Thanks so much buat Yohan dan keluarga, suatu pengalaman dan kenangan
luar biasa yang sulit dilupakan. Sampai bertemu lagi di tour-tour
kuliner mendatang!



Tamat



3 comments:

Akmal Sjafril said...

wooow sayang sekali saya gak ikutan menjelajah bogor, my hometown...

Bayu Amus said...

Waahh... bisa dong ngasi update sekarang di Bogor apa aja yang lagi ngetop? Atau mungkin, Akmal punya list tempat favorit yang nggak sama dengan selera umum? Wanna share? =)

Akmal Sjafril said...

nah justru itu masalahnya... saya jarang jajan nih... hehehe justru saya jadi dapet banyak info dari jurnal kalian ini hohoho jadi pengen mudik nih...

Appearances