Masih cuplikan dari Bogor Tour di tahun 2003, melanjutkan bagian kedua
Sabtu 30 Agustus 03
Bogor Tour, Bagian Ketiga.
Walhasil, setelah mandi keringat di ruang makan, kami lalu ngadem di ruang tamu sambil minum-minum.
Bagi yang minum alkohol, Yohan lalu menyajikan White Wine, dan
menghibur kami dengan beberapa lagu bersama isteri tercinta, Clara.
Ternyata tuan rumah jago maen musik lho ?! Ato karena udah 'naek'
broer? he he
Keliatannya Patrick punya interest tinggi sama soal per-daging an.
Selidik punya selidik ternyata doi punya koleksi alat masak yang
kelihatannya bisa dijajal oleh kedua chef kita ini.
Obrolan soal daging ini cukup panjang dan komplit, diantaranya yang
saya ingat ialah mengenai kualitas dari masing-masing grade daging,
supplier favorit, dan cara 'aging' daging. Bagi yang tertarik untuk
informasi tersebut silakan kontak Patrick, Yohan, dan Sammy untuk
referensi, ditanggung nggak akan kecewa.
Setelah sesi wine pertama selesai, Patrick pamit meninggalkan kami
semua, dengan lidah yang kelihatannya masih berasa tak menentu...
How come? karena waktu Yohan tanya soal taste wine nya, Patrick cuma jawab "ngga tau... pedes..." he he he
Di saat-saat santai ini ternyata tugas masih menanti... test
perbandingan asinan ! Hwaduh... padahal perut masih di leher... namun
lagi-lagi suara perut kalah oleh suara mata... asinan sayurnya terlihat
menggoda dengan taburan antanan segar.
Antanan ialah sejenis lalapan yang tumbuh liar dengan bentuk mirip
clover, dengan batang merambat. Menurut Adi karakter rasanya mirip
dengan rasa jambu air hijau...
Antara kedua macam asinan terdapat perbedaan mendasar pada saus yang
dipakai. Dua-duanya cukup enak, namun sebagian besar lebih menyukai
kreasi Gg Aut.
Setelah acara ini ada sedikit tragedi karena kita harus merelakan satu
botol Sparkling Wine di pel keluar ruangan, dan Yohan menderita sedikit
cedera pada jari kaki akibat pecahan botol. Untung doi terlatih soal
jatuh dan dibanting, jadi tidak ada cidera berarti.
Disela-sela perbincangan dan perhitungan biaya jalan-jalan, Francis
(fbs) mengabari kalau ia akan segera bergabung, dengan membawa sebotol
Riesling Alsace Huegel. Menurut Yohan, varian ini adalah "One of the
best Alsace in the world". Yohan lantas segera bergerak untuk mencari
padanan wine yang kurang lebih match dari segi rasa.
Setelah bendahara dadakan kita, mbak Tiwi beres berhitung, ternyata biaya untuk jalan-jalan tadi cuma 40K per orang.... wow...
Fbs kemudian datang dan kamipun berkenalan. Inilah saat pertamakalinya
saya bertemu fbs setelah sering baca tulisannya di milis tetangga,
Indonesia Wine Club.
Makan-makan sesi tambahan kembali terulang karena fbs dan isteri
tergoda untuk menjajal hidangan Bogor, dan akhirnya juga jatuh hati
sama sambalnya Yohan.
Setelah mereka makan, dan kami beres rebutan asinan, maka sesi wine
tasting berikutnya dimulai. Untuk bagian ini silakan rekan-rekan yang
mengulas =). Saya dan beberapa rekan nggak minum, jadi cuma sampai
kagum saja dengan cara mengapresiasi wine yang kelihatannya sangat
menarik.
Anna dan mbak Tiwi masih bertahan untuk tidak mencoba wine maupun
cerutu yang kemudian hadir menemani acara malam tersebut, sementara
saya mendapat banyak tips dan tricks soal cerutu dari Adi, Yohan, dan
Marchel. Menarik juga... walau karena saya nggak merokok jadi perbedaan
rasa antara tiga jenis yang tersaji saat itu (Dos Hermanos?,
Romeo, satu lagi lupa) kurang begitu terasa, but it's an acquired taste for sure.
Lalu ada kabar dari dapur kalau Ibunda Yohan telah membuat ulang semua
macam sambelnya untuk dibawa pulang ! Whoa... kamipun lalu
malu-malu-mau beranjak ke ruang tengah dan mengeruk sendok demi sendok
sambal dari cobek batu berukuran besar yang berjajar di meja. Gepuk
Karuhun yang masih tersisa pun dibagi diantara kita, saya ngambil
beberapa plus rempeyek kacangnya buat "diapresiasi" lebih lanjut di tempat kost. He he he
Sudah kepanjangan?...belum? Ya sudah, nanti kita teruskan sedikit lagi di bagian ke-empat ya .
About author: Bayu Amus
Bayu Amus is a gastronomic storyteller and Food Experience designer. He pens food articles for travel magazines, speaks on food events, and was part of the team who compiled Makansutra Indonesia 2013, the pocket book which showcases Bali’s best street food. Contact him through epicurina@gmail.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment