Sumber Hidangan

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: European
Location:Braga, Bandung
Tempat makan ini mungkin adalah satu-satunya tempat tersisa di Bandung yang masih meninggalkan suasana Bandung Tempo Doeloe. Betapa tidak, begitu menginjakkan kaki di toko ini, kita serasa kembali ke masa silam dan masuk ke film-film nya Roy Marten / Yessy Gusman saat rambut gondrong berjambul masih trend, dan mobil favorit penjahat adalah Toyota "Hardtop". Hal ini terjadi karena atmosfer ruangan yang terasa uzur, dengan warna yang kusam, foto-foto hitam putih, dan etalase-etalase antik yang terasa menyimpan banyak misteri ('cailee!).

Sebenarnya bangunan ini berasal dari masa yang lebih tua lagi, yaitu sekitar tahun 1920-an, saat Bandung masih memiliki elit sosial kaum pendatang bangsa Belanda yang saat itu rajin nongkrong di klub Concorde, yang bermarkas dekat dengan bangunan Hotel Savoy Homann.

Selain dari ciri-ciri ruangan tadi, semua kue dan roti yang dijajakan di toko inipun memiliki nama yang asing (kecuali mungkin bagi mereka yang sekarang sudah menyandang gelar "oma" dan "opa"). Sebut saja Krenten (Roti Kismis), Bitterballen (Butter Balls?), dan Marsipan (Bolu bersalut gula lembek)...

Krenten disini memiliki karakter roti yang agak alot, sehingga butuh usaha lebih untuk memakannya. Rasanya sendiri agak mirip dengan roti jagung, atau roti berserat kasar lainnya. Walhasil, rasanya beda dengan roti kismis yang biasa ditemui. Harganya? Sekitar 2000 rupiah.

Roti krim kejunya berupa roti pipih panjang dengan olesan krim manis dan parutan keju Edam ("keju ayam"). Enak, tapi hati-hati buat yang cuma biasa makan keju Cheddar nya Kraft, karena keju Edam rasanya agak tajam dan anyir. Roti ini dijual lebih mahal dibandingkan roti jenis lain, sekitar 3000 rupiah.

Bitterballen nya memiliki rasa mirip ragout untuk mengisi risoles, dengan kulit yang renyah. Cemilan ini cenderung adiktif, apalagi jika dimakan saat masih panas... Ada beberapa ons di etalase makanan panas, namun untuk pembeli dalam jumlah banyak (diatas dua ons), biasanya koki akan membuat yang baru, sehingga pelanggan mendapat yang masih fresh . Biterballen ini dijual berdasarkan berat, harga satu ons nya 2800 rupiah.

Marsipan adalah salahsatu kegemaran saya dan adik. Penganan andalan Lubeck (Jerman) ini dulu adalah hal yang saya benci karena "bau" dan rasanya yang aneh, namun sekarang rasa yang saya benci ini malah jadi hal yang bikin nagih, dan selalu saya cari kalau ke Bandung. Agaknya selera seseorang akan berganti seiring pertambahan usia ya?

Waktu kunjungan kemarin kita mencoba juga cake yang namanya "Amandel". Agak miris terdengar di kuping, namun ternyata rasanya sih nggak seperti namanya... manis dan berkarakter rasa mirip Marsipan, dengan cacahan kacang dan lain-lain. Cake nya padat, jadi cukup mengenyangkan.

Selain dari makanan tersebut, mereka juga menyediakan aneka ragam kue, pastry panas, fruit taart, roti-rotian, termasuk roti tawar buatan sendiri, dan roti buaya (berdasarkan pesanan). Sebagai teman roti, mereka menjual juga aneka ragam meses, mulai dari yang rasa coklat, framboos, citrus, dan jeruk. Ada juga selai pindakas (kacang tanah), dan semuanya buatan sendiri.

Bagi penggemar coklat, Sumber Hidangan menyajikan juga aneka ragam penganan manis ini, mulai dari bolu pejal berisi selai dengan ujung coklat, coklat isi noga (gula kacang), isi bolu, isi putih telur yang dipanggang, hingga coklat isi rhum. Semuanya dijual dengan harga rata-rata dibawah 5000 rupiah perbuah, kecuali coklat isi rhum yang dijual berdasarkan berat.

Dan jika kita bermaksud untuk langsung menyantap kue-kue tersebut, atau sedang menanti Bitterballen nya matang, kita bisa menunggu di ruangan sebelah yang sekaligus berfungsi sebagai restoran. Restoran yang selalu lengang ini menyajikan aneka hidangan lokal dan yang agak ke Belanda-belandaan, mulai dari sate ayam, gado-gado, aneka nasi goreng, hingga ke steak dan sosis babi (hati-hati kalau memesan). Jika ingin mencoba yang unik, coba Nasi Goreng Tomatnya. Rasanya tidak ada restoran lain yang punya Nasi Goreng Tomat seperti disini.

Untuk minuman, mereka memiliki aneka ragam es krim yang mereka buat sendiri. Untuk variasinya pun macem-macem, ada yang dihidangkan dicampur noga kacang, buah, atau sirup coklat. Kalau mau yang lebih ringan, mereka punya sorbet juga.

Berbeda dari toko makanan umumnya, Sumber Hidangan tutup di hari Minggu! Nah masalahnya, 90% waktu saya ke Bandung adalah hari libur, alias Sabtu dan Minggu... Untuk menambah rumit masalah, tempat ini dulu masih memiliki kebiasaan unik warisan kaum Londo, yaitu... tutup pada jam tidur siang! Mereka akan menutup bisnis pada jam satu atau dua siang, untuk kembali buka di sore hari sekitar jam 5, dan kemudian mengakhiri bisnis pada jam 7... Tak jarang saya nyampe sini saat papan-papan penutup toko mulai dipasang. Atau makan di restorannya sementara mereka mulai menutup pintu penghubung toko dan restoran.

Untungnya dalam kunjungan kemarin ada kabar gembira bahwa mereka sekarang buka nonstop dari pagi hingga malam. Minggu tetap tutup dan jam tutup malam tidak nambah, tapi paling nggak ini lonjakan yang berarti.

Dalam waktu dekat akan dibangun Braga Walk, dengan lokasi sekitar seratus meter dari Sumber Hidangan. Mungkin kelak daerah ini akan lebih hidup dan Sumber Hidangan akan mempertimbangkan untuk buka juga di Hari Minggu....

Atau benar kata gosip bahwa yang punya gak butuh duit dan cuma iseng jualan kue?... Hmm... We'll see... (byms)

0 comments:

Appearances