Bogor Tour, Bagian Pertama.
Sabtu 30 Agustus 03
Setelah melalui beberapa kemacetan mulai dari stasion KA hingga sekitar jalan masuk tol, mbak Tiwi dan saya akhinya tiba di Restoran Ny. Yenny, Bogor, terlambat 1/2 jam. Really sorry guys...
Setelah berkenalan kami lalu bergerak menuju kediaman Yohan untuk menitipkan mobil. Sepuluh peserta yang hadir lalu berangkat mempergunakan mobil Rusmin dan Adi. Perhentian pertama kita setelah itu adalah Sate Kambing Muda Pak Umar, yang berlokasi tidak jauh dari kediaman Yohan.
Sate Kambing Muda Pa'Umar
Jl. Pajajaran No.19, 0251 318716Tempatnya sederhana sekali, berdaya tampung sekitar 20an orang, penghawaan ruangan dibantu bbrp kipas listrik di langit-langit ruangan. Untung saja ini di Bogor, jadi suasananya masih cukup nyaman.
Dari beragam menu yang tersedia, kami memesan 40 tusuk sate, satu gulai kambing, satu sop kepala kambing, satu roti cane, plus tiga porsi nasi goreng yang dibagi rata.
Nasi gorengnya berwarna kekuningan, dengan bumbu yang gurih dan nuansa minyak samin yang kuat. Menurut beberapa pencoba, ada kemiripan dengan NGK Kebon Sirih, walau menurut saya pribadi yang ini masih lebih mantap bumbunya. Porsi sedang, cukup mengenyangkan untuk satu orang.
Gulai kambingnya juga berwarna kekuningan karena pemakaian kunyit yang berlimpah. Jadinya agak ke kare-kare an, tapi soal rasa sih sama2 mantap.
Sate nya hadir dalam dua macam saus; saus kecap dan saus kacang. Saus tauco yang Yohan bilang merupakan ciri khas pa'Umar hari itu berhalangan hadir, entah kenapa. Rasa dan kualitas daging cukup baik, dagingnya empuk walau bagi Adi bukanlah yang terempuk yang ia pernah rasakan. Nyaris tidak ada hawa2 kambing, pa'Umar dengan sukses menghilangkan bau ini dari masakan-masakannya.
Roti cane nya dibawah par, kelihatannya sudah digoreng ulang jadi tidak segar lagi.
Sop Kepala Kambing memuat cukup banyak komponen yang asing bagi sebagian besar peserta, kecuali Adi dan Sammy yang keliatan mengenali betul potongan-potongan daging yang tersaji dalam kuah bening tersebut. Maklum... chefs... Kesimpulannya; kurang lengkap, tapi cukup enak.
Marag Kambing dan Gorengan Kambing juga berhalangan hadir hari itu, sementara susu kambing yang kami pesan tidak memiliki karakteristik khusus dan cenderung sama dengan susu sapi biasa, kecuali adanya sedikit perbedaan pada aroma dan rasa lemak susu nya. Rusmin sempat curiga kalau-kalau ini hanya susu Dancow biasa...
Nasi Kebuli hanya ada pada hari Jum'at, dan Menurut Yohan biasanya pada saat2 tersebut pa'Umar ramai kedatangan pengunjung2 keturunan Arab.
Makan siang pertama ini berlangsung sukses, tidak ada protes keras dari maniak-maniak kambing, jadi saya rasa bisa di-reccomend. he he he
Oh iya, acar nya juga baik sekali; bahan2nya masih segar, tapi rasa masamnya pas, dan sudah meresap dalam.
Sop, Gulai, Cane = 10K
NGK = 9K
SKM = 12.5K/10 tsk
Tempat berikutnya; Gg. Aut di Jl. Suryakencana.
Perjalanan dihiasi sedikit macet, terutama di pertigaan awal Suryakencana dimana terdapat banyak angkutan kota ngetem. Satu kekhasan yang sangat menjengkelkan dari Bogor!
Di Gg. Aut ini terdapat satu penjual asinan yang cukup melegenda di Bogor. Disini dijual dua macam asinan; sayur, dan buah. Kami membeli bbrp bungkus untuk dibandingkan pada acara berikutnya di rumah Yohan.
Sambil menunggu pesanan, Adi dan saya tertarik untuk mencoba Bir Peletok yang berupa ramuan jahe dengan beberapa macam rempah lain, disajikan dengan es setelah sebelumnya dikocok dulu dalam pitcher kaleng besar. Segarrr..... Lilies menyukai karakter jahe yang kuat, walau sempat tersedak. Patrick bergabung dengan rombongan disini.
Setelah beres membeli asinan, kami semua lalu menyeberang jalan ke Pondok Soto Mie Ciseeng untuk menjajal Soto Mie, Pangsit Penganten, dan Ngohyong. Yohan menunjukkan beberapa tempat yang menjual Lumpia basah pada Patrick, namun menganjurkan untuk menunggu hingga kita tiba di tempat tujuan ketiga.
Sebenarnya saat itu perut saya sudah bilang 'cukup'... namun apa daya.. malu dong ah kalo berenti? he he he
Sotomie nya bukan sotomie yang biasa saya temui di Jakarta. Menurut saya pribadi lebih mirip mie kocok bandung atau pho-hoa, karena rasanya yang sederhana. Plus, no risoles atau tetelan...
Pangsit Pengantin berisi macam-macam komponen termasuk babat putih dan dedaunan misterius, rasanya lebih mirip mie-mie chinese resto. Saya pribadi lebih suka yang ini karena rasanya lebih jelas. Daun misterius itu ternyata daun bawang yang digoreng terlebih dahulu.
Ngohyong ditempatkan di ujung meja untuk kalangan terbatas, karena ketidak halalan nya. Denger-denger sih sausnya cenderung manis, tapi cincangan daging nya kurang.
Setelah itu kami lalu menuju ke tempat ketiga; Sukasari, untuk membeli Asinan Gedong Dalem, Roti Unyil yang asli, Gepuk dan Ikan Mas Balita Karuhun, plus oleh2 lainnya.
bersambung ke bagian Kedua... (byms)
Oh iya, acar nya juga baik sekali; bahan2nya masih segar, tapi rasa masamnya pas, dan sudah meresap dalam.
Sop, Gulai, Cane = 10K
NGK = 9K
SKM = 12.5K/10 tsk
Tempat berikutnya; Gg. Aut di Jl. Suryakencana.
Asinan Gang Aut
Jl. Suryakencana, BogorPerjalanan dihiasi sedikit macet, terutama di pertigaan awal Suryakencana dimana terdapat banyak angkutan kota ngetem. Satu kekhasan yang sangat menjengkelkan dari Bogor!
Di Gg. Aut ini terdapat satu penjual asinan yang cukup melegenda di Bogor. Disini dijual dua macam asinan; sayur, dan buah. Kami membeli bbrp bungkus untuk dibandingkan pada acara berikutnya di rumah Yohan.
Sambil menunggu pesanan, Adi dan saya tertarik untuk mencoba Bir Peletok yang berupa ramuan jahe dengan beberapa macam rempah lain, disajikan dengan es setelah sebelumnya dikocok dulu dalam pitcher kaleng besar. Segarrr..... Lilies menyukai karakter jahe yang kuat, walau sempat tersedak. Patrick bergabung dengan rombongan disini.
Setelah beres membeli asinan, kami semua lalu menyeberang jalan ke Pondok Soto Mie Ciseeng untuk menjajal Soto Mie, Pangsit Penganten, dan Ngohyong. Yohan menunjukkan beberapa tempat yang menjual Lumpia basah pada Patrick, namun menganjurkan untuk menunggu hingga kita tiba di tempat tujuan ketiga.
Sebenarnya saat itu perut saya sudah bilang 'cukup'... namun apa daya.. malu dong ah kalo berenti? he he he
Pondok Soto Mie Ciseeng
Jl. Suryakencana No.280, 0251 333611Sotomie nya bukan sotomie yang biasa saya temui di Jakarta. Menurut saya pribadi lebih mirip mie kocok bandung atau pho-hoa, karena rasanya yang sederhana. Plus, no risoles atau tetelan...
Pangsit Pengantin berisi macam-macam komponen termasuk babat putih dan dedaunan misterius, rasanya lebih mirip mie-mie chinese resto. Saya pribadi lebih suka yang ini karena rasanya lebih jelas. Daun misterius itu ternyata daun bawang yang digoreng terlebih dahulu.
Ngohyong ditempatkan di ujung meja untuk kalangan terbatas, karena ketidak halalan nya. Denger-denger sih sausnya cenderung manis, tapi cincangan daging nya kurang.
Setelah itu kami lalu menuju ke tempat ketiga; Sukasari, untuk membeli Asinan Gedong Dalem, Roti Unyil yang asli, Gepuk dan Ikan Mas Balita Karuhun, plus oleh2 lainnya.
bersambung ke bagian Kedua... (byms)
0 comments:
Post a Comment