Atmosphere Bandung - Review 2005

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Lengkong Besar, Bandung

Kali pertama kunjungan saya ke tempat ini ialah beberapa tahun lalu. Dulu untuk mencari tempat pun susah, disana-sini penuh. Kunjungan pertama ini berhasil menyimpulkan bahwa tempat ini memang asik nuansanya, namun makanannya so-so. Beberapa menu lokal yang teman-teman saya coba rata-rata dinilai gagal, entah dari segi correctness, maupun dari segi kenikmatan. Tapi satu hal juga yang saya catat waktu itu, harga-harganya cukup reasonable.

Malam itu di Bandung saya sempat tanya-tanya sama rekan food hunter saya Adi, dan beberapa rekan untuk rekomendasi tempat makan malam di Bandung. Namun karena rata-rata tempat yang disarankan berada jauh dan sulit untuk ditempuh dengan angkutan umum, maka saya memutuskan untuk menjamu "€œtamu-tamu"€ saya ke tempat ini sekalian untuk revisit, barangkali sudah ada perubahan significant sejak kunjungan pertama saya dua tahun lalu.

Diiringi hujan gerimis yang tak hentinya mengguyur Bandung semenjak sore hari, saya lalu mengajak dua tamu saya; Ade, dan adik saya Dea untuk menuju lokasi Atmosphere di Jl. Lengkong. Kebetulan juga adik saya ini walaupun adalah penduduk asli Bandung namun belum pernah menginjakkan kakinya di tempat yang sempat ngetop (for good and bad) ini.

Malam itu suasana lengang, hanya sedikit saja mobil diparkir di halaman, menunjukkan jumlah pengunjung yang masih sedikit. Hal ini terjadi agaknya karena suasana libur Lebaran masih berpengaruh, dan orang-orang masih malas untuk keluar rumah setelah mudik, apalagi ini adalah malam pertama dihari mereka kembali masuk kerja.

Dari segi suasana terlihat belum ada perubahan, kecuali adanya patung pria berpakaian arab yang agaknya dipajang disana untuk mengentalkan nuansa Idul Fitri, walaupun sebenarnya malah terlihat janggal, karena hari raya Lebaran ini bukanlah mengenai Arab, atau mengenai padang pasir.

Sementara dua tamu saya masih celingukan dan terkagum-kagum, saya langsung menuju halaman belakang bangunan, dimana terdapat saung-saung lesehan diatas kolam, untuk makan sambil duduk bersila atau selonjoran.

Pernah ada selentingan buruk mengenai tempat ini dan saungnya, saat seorang pengunjung yang tidak puas menulis di harian Pikiran Rakyat karena merasa Atmosphere pilih kasih dengan membatasi penggunaan saung hanya untuk pengunjung dengan jumlah besar saja. Namun malam itu agaknya aturan itu sedang tidak berlaku, karena kami bertiga diperkenankan untuk memakai satu saung besar berkapasitas delapan hingga duabelas orang itu.

Dalam kunjungan kedua ini baru ketahuan kalau ternyata menu andalannya adalah steaks, dengan menu favorit yaitu Beef Steak Washington. Dari beragam pilihan yang ada, kita memilih tiga macam steak; Beef Steak Washington (32.5K), Entreconte Mont Blanc (35K), dan American Mixed Grills (37.5K). Masing-masing steak berbeda dari jenis saus yang dipakai; BSW memakai saus jamur, EMB memakai saus yang rasanya cenderung mirip bumbu sate, sementara AMG dengan saus BBQ yang asam manis. Untuk appetizernya kita nyoba Fried Calamary (14.5K), dan Seafood Chowder (7.5K). Sedangkan untuk dessertnya Ade penasaran ama Tiramisu (14K), dan saya penasaran pengen bandingin Creme Brulee nya (13K), sama punyanya Bistro PS. Dari tiga pilihan rasa, kita milih yang rasa Espresso.

Ade dan Dea memilih steaknya untuk dimasak well-done, walau telah saya wanti-wanti berulang kali untuk memilih paling tidak medium-well untuk bisa mengapresiasi "€œtrue taste"€ dari daging steak nya. Saya sendiri memilih steak saya untuk dimasak medium, tidak medium-rare, karena khawatir sama kualitas daging yang dipakai, apalagi kami semua memilih variant daging lokal. Mengenai pilihan saya, sebenarnya saya nggak terlalu suka saus BBQ, namun karena terdapat empat macam daging dalam menu ini (beef, lamb, chicken, sausage), maka saya nggak keberatan buat sedikit berkorban.

Sambil menunggu pesanan datang, kami tiduran dengan nyaman di lantai kayu yang luas itu, sambil ditemani udara Bandung yang dingin. Di bagian sisi saung ternyata terdapat penahan kayu untuk mencegah bantal terjun bebas ke kolam, jadi jangan khawatir untuk bersandar. Minuman pesanan kami lalu datang tak lama kemudian. Mungkin karena malam itu pengunjung sedang sedikit maka suasananya tenang dan pelayanannya lebih memuaskan?

Setelah lewat beberapa seruput teh Twinnings dalam tiga variasi (Peppermint, Earl Grey, dan English Breakfast), pramusaji lalu hadir membawa makanan pembuka.

Calamary hadir dengan saus tartar yang gurih creamy, dengan porsi yang agak ngirit (7 pieces), sedangkan Seafood Chowder nya hadir dalam porsi standar, kurang lebih sebesar porsi sup nya Pizza Hut. Dari segi rasa, Seafood Chowder ini mengingatkan pada masa silam di Bandung saat Gelael Dago masih menyajikan krim sup dan hot dog berkualitas tinggi, rasanya mirip. Ade yang agak spesifik dalam hal selera makan kelihatannya tidak bermasalah dengan sup ini, berbeda dengan saat dia mencoba Shrimp Bisque nya Ya Udah yang cenderung masuk kategori Hard Core.

Saat sendok dan tangan masih sibuk berseliweran kesana kemari, makanan utamanya datang. Ketiga steak nya tampil cukup menarik, Ade mengganti mashed potato dari BSW nya dengan french fries, biar kompak dengan EMB nya Dea. Saya sendiri ngebiarin AMGnya hadir dengan Potato Wedges, goreng kentang bersalut tepung gurih. Porsi steak nya cukup besar, nggak tau berapa gram, namun mengenyangkan untuk kapasitas perut normal. Daging yang dipakai kualitasnya cukup baik, dimasak dengan cukup benar, saus-saus nya juga cukup memuaskan, full-bodied dan cukup rich.

Ketika tiba waktunya untuk dessert, Tiramisu hadir dalam porsi sedang-kecil, begitu juga dengan Crème Brulee nya. Tiramisu nya terasa kurang nendang, lebih mirip coffee cake karena kurang creamy, sedangkan Crème Brulee nya cukup enak, walau hidangan yang menurut saya masih sekeluarga dengan Sarikaya ini masih kalah kualitas dengan punyanya Bistro PS.

Kelihatannya kunjungan kedua ini berbuah baik, karena saya jadi berpandangan lain terhadap tempat ini. Suasana masih tetap menjadi daya tarik utama, namun didukung juga dengan makanan berkualitas cukup baik dan enjoyable, dengan harga yang cukup murah. Walaupun pramusaji kami lupa untuk mengulang pesanan kami diakhir pemesanan, servis secara keseluruhan terasa lebih responsive, semoga saja bukan semata-mata karena sedang sepi pengunjung...

Saya nggak tahu apa Chef nya sudah ganti dan lebih skillful dalam mengolah makanan lokal, namun mengingat pengalaman terdahulu yang gagal total dari segi rasa, maka saya masih nggak berani buat mesan menu hidangan lokal disini. Buat amannya, stick to the steaks!

0 comments:

Appearances