Q Smokehouse Factory

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: BBQ / Ribs
Location:Jl. Panglima Polim IX No.16
Sebetulnya gw dateng kesini dengan persepsi rada salah, bahwa ini adalah tempat makan steak.

Not terribly wrong, cuma lebih tepatnya, mengacu ke nama restorannya, maka tempat ini menyajikan menu utama hidangan-hidangan yang diolah dengan cara di-asap (smoked). Jadi jangan heran kalau menu utama di tempat ini adalah smoked ribs; with the bones atau in brisket mode (slices meat only).

Daging ribs yang dihidangkan disini, telah sebelumnya diasapi dahulu selama sekitar 8 jam, dengan bumbu "rub" (balur) yang khusus. Uniknya, untuk proses pengasapan ini digunakan bahan bakar kayu buah-buahan untuk menambah aroma khusus, dan jenis kayu yang dipakainya pun selalu berganti-ganti! Pada hari kami datang, kayu yang dipakai adalah kayu Nangka.

Penasaran dengan menu utamanya, kamipun sepakat untuk memesan smoked ribs nya, dengan porsi Jumbo! (3 pieces, 400 gr). Makanan ini mau kami share berdua. Kalau ternyata porsinya kurang nendang, tinggal pesen lagi toh?

Menurut chicaluna, salad yang dijagokan adalah Asian Salad dengan saus wijennya. Sedangkan menurut pramusaji, salad unggulannya either that one, atau Chopped Salad (w thousand island dressing). Gw milih yang Asian Salad. Untuk minumnya, kembali gw ngikut rekomendasi chicaluna; untuk mesen Minty Pineapple. Sedangkan isteri, secara sedang kerajingan minuman2 strawberry, maka pilihannya nggak mengejutkan.

Setelah sekitar 10 menit, salad nya datang duluan. First impression; chick and hearty. Tersaji dalam mangkuk agak persegi, hidangan ini terdiri dari lembaran daun selada, plus tomat mungil dan taburan bihun goreng. Sebagai sausnya, saus kacang asin masam. Sayangnya, untuk hidangan yang satu ini bumbunya terlalu asin, dan aroma wijen nya nggak terasa... jadinya lebih mirip makan Asinan Bogor.

Saat nyeruput Minty Pineapple nya, langsung terasa rasa manis yang cukup pekat... padahal tadi mintanya less sugar. Setelah menginformasikan kembali ke pramusaji, maka minuman tersebut di "reparasi" walau hasilnya masih tetep diluar harapan. Informasi yang gw dapet, nanas nya pake nanas Palembang, mungkin karena itu kadar manisnya tetep tinggi. Di seberang meja, minuman Refreshing Strawberry pesenan isteri ternyata jauh lebih sukses dan sesuai harapan gw akan minuman seperti ini: nggak terlalu manis, dan segar!

Nggak lama kemudian hidangan utama yang dipesan pun datang. Nice timing. First impression: Marvelous! tiga potong daging iga asap (dua gede, satu sedeng) dengan warna coklat kemerahan yang menggoda, saling tumpuk satu sama lain, diatas genangan dangkal saus BBQ dan percikan rempah kering. Untuk side-dish nya, mereka memasangkan hidangan ini dengan roti panggang dan coleslaw.

Cukup puas dengan tampilan, lantas gimana rasanya? Iga asap yang bisa dipesan dalam kematangan medium, medium well atau really well-done ini ternyata memiliki karakter rasa daging asap yang cukup pekat. Bagi mereka yang masih asing, mungkin bisa mengambil perbandingan rasa daging dendeng yang dijual di pasaran, namun tidak terlalu manis, dan tidak anyir.

Untuk memotongnya pun tidak memerlukan usaha dan akrobat ala di Daeng Tata's; dagingnya firm dan mudah diiris. Saat dikunyah, terasa teksturnya yang agak chewy, jejak-jejak baluran spices nya, plus aroma khas daging asap. Sebenarnya masih agak diluar perkiraan, karena rasanya nggak terlalu gurih. But nevertheles enjoyable, bisa dibilang "classic" taste; relies more on the smoked meat taste than the seasoning. Tapi walau demikian, ternyata isteri suka sekali! Padahal 75:25 kalau doi nemu makanan baru, maka verdictnya adalah negatif. Hmm... inget ke Chicaluna, apakah the taste is geared more towards women taste? hehehe.

Tadinya tertarik juga buat nyoba menu lainnya yang ditawarkan, cuma apa daya perut udah overbooked.

Situasi restorannya nyaman, disregarding the fact that we're the only customers that evening. Nuansa interiornya kalem, diiringi pilihan musik yang juga kalem. Cocok buat diner berdua yayang, atau acara diner lainnya yang rada-rada serius.

Yang disayangkan, selain dari salad dan minumannya tadi, adalah susahnya dapetin pramusaji untuk additional order atau request. Product knowledge dan servis layanannya sendiri sih bagus, attentive, ramah, cuma keberadaannya agak langka...=) Untungnya sepi jadi manggil dengan suara rada keras aja udah manjur. Tapi kalau pengunjung mulai banyak maka perlu ada waiter yang rajin memantau floor supaya pelanggan nggak nunggu terlalu lama buat making another order. Pernah ke Bakmi GM? Pramusaji mereka banyak DAN semuanya secara disiplin menyapukan pandangan ke area floor, mengamati pengunjung kalau-kalau ada yang perlu bantuan mereka, good practice!

Protes lain dari kami adalah soal signage. Memang gw dan isteri both rada bolor, tapi seharusnya papan nama usaha mereka bisa terlihat dan terbaca jelas hingga dari jarak seberang jalan, minimal. Sedangkan yang terjadi, baru setelah kami nyaris parkir di depan bangunannya, sambil rada-rada memicingkan mata, barulah nama tempat ini terbaca jelas! Sedangkan di lantai atas bangunan, ada signage yang jauh lebih mencolok; "Upstairs". Benar-benar kebanting.

Yang membahagiakan, adalah harga yang cukup reasonable. Satu porsi iga jumbo (50K), cukup untuk berdua, plus salad, plus side-dish, plus tiga minuman, cuma perlu ditukar selembar WR Soepratman Soekarno-Hatta dan selembar Otista.

Soo, mission accomplished, good result. (bay)

Q Smokehouse
Jl. Panglima Polim IX No.16
021 720 0671

30 comments:

Profesi Sebagai Culinarian (Chef)

Jikalau kita tilik sekitar sepuluh tahun ke belakang, pekerjaan sebagai juru masak atau yg lebih dikenal dengan koki dan atau Chef dikalangan profesionalisme, masih sangatlah minim dan cenderung kurang diminati oleh sebagian banyak orang. Profesi ini cenderung dianggap sebelah mata krn jenis aktivitasnya yg terkesan tida menarik,tidak menghasilkan materi yg cukup,atau dikaitkan dengan feminimisme. Namun seiring dengan waktu berjalan dan industri food service yang ikut berkembang,sedikit demi sedikit orang pun mulai menilik profesi chef sebagai kesempatan berkarir yg cukup layak,malah kalau boleh dibilang sangat menjanjikan.

Profesi seorang Chef tidak hanya dibutuhkan untuk bekerja di dapur-dapur dining room hotel maupun restoran, melainkan juga diberbagai food industry lainnya baik itu perorangan atau institusi. Sebagai seorang culinarian, dituntut kredibilitas yg cukup baik mengenai bidangnya dan tidak hanya pintar memasak & mengolah bahan-bahan makanan, mengembangkan ide & gagasan, memadukan nutrisi dengan presentasi yang baik dan selalu update tentang culinary fashion terkini menjadi hal-hal yang harus selalu berproses sebagai Chef.

Berikut pemaparan saya tentang ladang profesi yang mengambil Chef sebagai kendalinya :

Hotel, menawarkan berbagai fasilitas untuk dining dan biasanya mempunyai lebih dari satu outlet restoran. tentu saja didalamnya termasuk restoran formal atau yg lebih dikenal dengan fine-dining restaurant, lalu room service yg menyediakan makanan & minuman bagi tamu yg ingin menikmati hidangan di kamar hotel,coffeeshop, dan banquet room yang menyediakan perlengkapan pesta termasuk untuk food dan beverages.

Full-service restaurants,seperti bistro yg banyak bermunculan di Jakarta beberapa tahun belakangan ini, menawarkan pilihan set menu yg berkelas dan tentunya mempunyai staff-staff yg sudah berpengalaman.

Private Clubs, secara general menyediakan pelayanan bersantap bagi anggota-anggota club tersebut. Makanan yang disajikan bisa berupa light meal atau terkadang menyediakan full-course meal ala dining room.

Institutional Catering, bergerak di institusi-institusi seperti sekolah, rumah sakit, kampus, airline, dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa pelayanan makanan. Menu yang di oalh disini tidaklah terlalu rumit dan cenderung sederhana namun tetap dengan varian rasa & gizi yang sesuai. Chef yang sudah berpengalaman sanat direkomendasikan untuk institusi ini.

Catering, salah satu industri pelayanan makanan yang berkembang cukup pesat dengan menyediakan pelayanan untuk acara-acara khusus seperti resepsi pernikahan,pesta-pesta perayaan, dan private catering.

Carry-out Food Service, atau yang lebih dikenal dengan jasa boga rumahan. melayani konsumen-konsumen yang sibuk dengan aktivitas pekerjaan sehingga tidak mempunyai waktu untuk memasak.

Untuk saat ini sudah banyak institusi sekolah yang khusus membuka pendidikan dalam bidang tata boga yang tentunya bertujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga boga yang handal dan sesuai dengan profesionalisme sebagai seorang juru masak. Selama manusia di muka bumi ini masih ingin hidup, mereka akan makan, dan selama mereka masih membutuhkan makanan, maka Chef akan terus bekerja dan berkarya menghasilkan hidangan-hidangan yg akan terus berkembang dan berevolusi.

Oleh Danang Wijanarko, Chef dan Food Journalist

3 comments:

Appearances