Rating:	★★
Category:	Restaurants
Cuisine:	Other
Location:	Bintaro Sektor 1 (sebelah Indomart/KFC)

Beberapa waktu lalu saat sedang terkatung-katung di Indomart Bintaro Sektor 1, tiba2 saya melihat sebuah penampakan kedai kecil di samping Indomart , kedai itu meneriakkan kalimat: “SOTO KUALI DAGING SAPI Rp.6000!” . whoa.. dengan segera kedai ini masuk ke list buruan kuliner saya.. yah, kata “SOTO” dan “MURAH” memang sudah menjadi magnet tersendiri bagi saya hehehe.. namun di luar faktor X tersebut, sebetulnya penampakkan kedai ini juga membuat saya tertarik untuk menghampiri.. nuansa kejawen, kayu2, serta poci2 tanah liat mendukung magnet itu untuk membuat saya mendekat...

Hingga akhirnya satu siang yang lembab, saya dan wahyu mengukuhkan niat menghampiri kedai kecil di jalan sempit itu. Sepertinya kedai ini kalah pamor dibanding gerai masakan jepang di sebelahnya. Tempat ini begitu sepi, tapi entah kenapa saya tetap lebih tertarik menghampirinya. Ketika memasuki ruangan, dua rak appliance dari tanah liat langsung menyambut, ditemani beberapa bangku2 serta meja kayu yang terlihat mini. Dengan dekorasi ukir2an di beberapa tempat. Entah kenapa..suasana ruangan ini membuat saya nyaman....

Selagi menunggu pesanan datang, saya melirik ada dua nampan berisikan gorengan seperti Tahu isi, perkedel dan Sosis Solo.. whoa buat saya ini seperti sesajen, dan saya adalah jin-nya. Dan tanpa pikir panjang, sosis solo serta tahu isi sudah nangkring di tangan saya. 

Dari kecil saya sudah menjadi fans berat sosis solo, jadi di setiap kesempatan saya menemukannya pasti langsung saya santap. Sosis Solo di kedai ini memiliki tekstur kulit yang tidak selembut beberapa sosi solo yang pernah saya makan. Kulitnya lebih tebal, dan teksturnya sedikit garing seperti telur dadar yang digoreng dalam minyak yang banyak. Tapi kulitnya harum, dan membuat fakta minyak itu terlupakan begitu saja. Sayangnya, daging isiannya agak terlalu halus dan kebanyakan maizena, rasa bumbunya pun kurang kuat.

Yang kedua: Tahu Isi. Ini monster tahu! Ukurannya super besar, tapi harganya Cuma 1000 perak! Tahu isinya menggunakan jenis tahu yang halus, dan tahunya seperti sudah direndam dengan air garam. Dengan isian toge, serta dibalur tepung bumbu. Tahu isi ini adalah menu favorit saya dan wahyu.u raksasa

Es teh manisnya harum.. sepertinya mereka menggunaka teh melati poci, humm mungkin kalo saya dan wahyu pesan teh panas, mereka akan menyajikannya dengan poci tanah liat serta gula kristal 

Soto Daging. Begitu si soto datang, bentukannya mengingatkan saya pada soto kudus. Disajikan dalam mangkuk2 kecil persis soto kudus blok M. dengan isian daging, toge, dan bawang goreng. Begitu saya cicipi, hal pertama yang terlintas adalah: daging. Rasanya D-A-G-I-N-G.  benar2 rasa daging.toge.dan bawang. Seriously. Kuahnya itu benar2 rasa kaldu daging sapi, yang benar2 hasil dari rendaman daging. ditambah dengan kolaborasi toge yang segar, rasanya seperti togenya hanya direbus beberapa detik saja, sehingga rasa togenya pun cukup mendominasi rasa. Dan selebihnya saya tidak merasakan bumbu2 lain yang spesifik. Entah karena memang rasa soto kuali daging sapi itu memang seperti ini aslinya, atau mungkin memang sengaja dibuat seperti ini agar pengunjungnya bisa bereksperimen rasa sendiri dengan perkakas yang disediakan di meja, atau memang mereka kurang berani bermain bumbu, sehingga tidak ada rasa lain yang menonjol selain ‘daging’. Tapi paling tidak saya sudah cukup beruntung karena dagingnya tidak bau prengus.. dengan sedikit kecap, jeruk, serta sambel yang segar, membuat soto daging saya tidak terlalu ‘daging’.

Overall, untuk makanannya masuk ke golongan biasa2 saja, well kecuali tahu isi raksasanya itu, tapi yang saya suka dari kedai cempaka ini, tempatnya bersih dan nyaman, dan untuk makan siang murah meriah, tempat ini cukup ok, toh masih ada perkakas perbumbuan di atas meja yang menolong rasa.

Ps: kenapa ya tempat ini tidak memberikan musik2 bernuansa jawa untuk mendukung ambience ruangan. Bahkan mereka tidak memasang musik, atau tv atau apapun yang bersuara di kedai ini.. i felt like i’m eating in a deadly silence.

Mang Ahri in action

Anthony Bourdain in his show "No reservations" often remarks of his fondness for food with "mysterious meat" that he encounters along his travel around the world while trying out different cuisines. They're mysterious, relatively unknown to the western world, yet delicious. Well based on that description, then this Soto Ahri is among those that he would categorize as such; great delicious soto (Indonesian meat soup), with chops of meat parts that, even mentioned what they are, we would rarely know what is it.

(I wonder if Anthony got a chance to taste this Soto Ahri while he visited Garut, since I only see his part on reviewing the "Indonesian pancake" serabi, at the Kampung Sampireun)

Soto is Indonesian style meat soup, and the style is varied among different regions. Some soto are made with clear soup of light stock, and some are made with santan (coconut milk) and give the light curry like taste. Some are more courageous in using the spices, like including the aromatic clove buds, star anise, and keluwak (also spelled as keluak or kelewek) and give the significant uniqueness compared with other soto variants.

I don't have a good idea of when Mang Ahri ("mang" meant "uncle" in Sundanese) started his business, but it's long standing and having a consistent high quality; enough to grant his soto a legendary status.

Soto Ahri soup consist of beef meats, medium heavy stock base with santan, where the styles resembles more Soto Tangkar from Betawi (Jakarta), than common Sundanese soto which usually uses clear soup.

Just like the common practice with ordering the kind of mixed meat soto, this is where the fun part is: you can individually choose what part of meat to include in your soto; from the regular daging (meat), kikil (feet's glutinous skin), usus (small intestine), lidah (tongue), paru (lungs), up through the more exotic meat like mata (eye balls), otak (brain), and surely, some "mysterious meat"; with their exotic yet very enjoyable texture and taste.

Just ask mang Ahri for recommendations if you don't really know what you want, and he will gladly check in the large pot among where all the stock is, what's still in store, and let you aware of the choices. Kept under constant heat, the continuously cooked meat absorbs the seasoning very well and give the wonderful rich taste.

After chopping down the part of the meat of choice to a more edible pieces, and move them into a bowl, mang Ahri will then put the toppings of kacang kedelai goreng (fried soy beans), and chopped seledri (celery), and pour on the soup base from the same pot, and the soto is ready to eat. There will always be condiments on the eating table to fine-tune the taste to your preference like jeruk nipis (slices of lime orange), kecap manis (sweet soy sauce), and surely, the sambal (chilly paste). But I prefer mine as it is since it's already flavorful and thick in taste.

Here at Soto Ahri, happens my very first encounter with eye balls. I dislike the idea of eating something that look back at me, but turns out to be that the eye balls here doesn't resembles what it used to looks like, as it's now just a big oval lump; where the eye balls is almost covered in the layers of fat.

Well it's a big surprise, first, since on overall the taste is either very fatty meat, or tasteless jelly-like. Consistency is very soft, too soft to be meat, yet chewy unlike meat fat. Not my kind of meat.

Though had branches in Bandung, the capital city of Jawa Barat, Mang Ahri headquarters is his soto stand in Pasar Mandalagiri, or also known as Pasar Baru (the new marketplace). On this narrow street, buyers usually queued for an empty seat on the bench, or for the take away orders.

Damage cost is about 15K a portion including nasi (rice). A bit high for Garut standard, but it is quite worthed. Will be back? Perhaps... when I'm not worry about my cholesterol level, since shortly after finish eating Soto Ahri, I got this lingering headache at the bottom of my head.

Recommended with cautions. (bay)

Indonesian version here: http://epicurina.multiply.com/photos/album/207/Soto_Ahri_Pasar_Baru_Garut
Photos by Bella Wu