Membawa Cita Rasa Indonesia ke Ranah Internasional - Ubud Food Festival 2017


Empat minggu sebelum berlangsungnya Ubud Food Festival (UFF) di pusat seni dan kuliner pulau
Bali, Ubud, tim UFF membawa sepotong kelezatan dari meriahnya perayaan kuliner ini ke hadapan
para pencinta kuliner Jakarta. Berlokasi di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, puluhan awak media
dan bloggers, serta beberapa pembicara yang akan hadir di Ubud pada tangal 12-14 Mei mendatang
berkumpul untuk mengenal UFF lebih jauh.

Salah satu program andalan dari UFF adalah forum diskusi yang membedah industri kuliner, sebuah
ruang di mana para pelaku industri kuliner dapat berbagi ilmu. Program yang dinamakan Think,
Talk, Taste ini dihadirkan di Jakarta mengangkat tema diskusi “Bringing Indonesian Cuisines to
the World” atau ‘Membawa kuliner Indonesia ke dunia’. Founder & Director UFF, Janet DeNeefe, duduk bersama celebrity chef Farah Quinn, penulis kuliner Petty Elliott, dan chef Ragil Imam Wibowo yang berada di balik Nusa Gastronomy.

Selama ini kuliner Indonesia kurang mendapatkan apresiasi yang sebenarnya pantas didapatkan.
Tersembunyi di balik ketenaran kuliner Asia lainnya seperti Thailand, Vietnam, Cina, Jepang, Korea,
dan India, makanan Indonesia masih kurang dikenal di ranah internasional. Pertanyaan seperti
“Mengapa masakan Indonesia kurang dikenal di dunia?” sering dilontarkan oleh banyak penikmat
UFF. Beberapa jawaban seperti kurang besarnya penyebaran komunitas Indonesia di negaranegara
lainnya dan kurangnya dukungan pemerintah dalam mempromosikan kuliner nusantara
dianggap belum dapat memuaskan rasa penasaran tersebut.

Namun mungkin jawabannya terletak pada begitu banyaknya jenis dan cita rasa masakan
Indonesia. Seperti kata salah satu figur kuliner Indonesia, Bondan Winarno: “Satu bangsa, jutaan
cita rasa”. Jenis kuliner Indonesia dari Sabang hingga Merauke begitu beragam dan dipengaruhi
oleh latar belakang sejarah yang panjang, mengakibatkan jenis kuliner dari setiap daerah dan suku
berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Setiap pembicara dalam diskusi ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, dari beberapa
daerah di Indonesia, membuat diskusi berlangsung seru. Namun mereka semua setuju bahwa
keragaman kuliner Indonesia dari Sabang hingga Merauke adalah kekuatan utama kuliner
Indonesia yang membuatnya menjadi unik. “Sebagai orang asing, saya merasa masakan Indonesia
layaknya masakan Italia. Jenis masakan yang masuk dalam kategori comfort food, dapat dinikmati
kapan saja dan di mana saja.” ujar Janet DeNeefe yang berasal dari Australia namun telah tinggal di
pulau Bali selama 30 tahun.

Petty Elliott sendiri menyatakan bahwa masyarakat internasional sudah siap menerima jenis-jenis
masakan dengan cita rasa yang rumit dan perpaduan bumbu yang melimpah, seperti masakan
Indonesia. “Sewaktu saya berada di London, saya melihat bahwa ramen dari Jepang sedang banyak
digemari, dan ketika saya mencicipinya, bumbu dari ramen tersebut tidak main-main, alias begitu
kental dan pedas. Berarti orang Barat sudah mulai terbiasa dengan masakan pedas dan berbumbu
kan?”

UFF, yang dilangsungkan selama tiga hari selalu mampu menarik pengunjung yang datang dari
berbagai macam negara, dan seringkali UFF menjadi kali pertama mereka mencicipi masakan
Indonesia. Keempat pembicara yang hadir di acara ini setuju, bahwa dengan hadirnya para juru
masak dari penjuru Indonesia yang tampil berdampingan dengan juru masak dari beberapa negara
lainnya, tidak diragukan UFF adalah satu-satunya Festival di Indonesia yang merayakan kuliner
Indonesia sekaligus memperkenalkannya ke hadapan masyarakat Internasional.


0 comments:

Post a Comment