Food Note: Dodol Rumput Laut Lombok

Bayudita, tetangga depan cubicle, hari ini bawa oleh-oleh unik lagi. Setelah sebelumnya dapet kiriman amplang, kali ini dia bawa sesuatu yang lain; dodol rumput laut Lombok. Walaupun rada jengah sama manisnya dodol, namun keseriusan baca-baca email gw terusik juga waktu ngeliat tampilan dodolnya yang unik: bening dan kaku. Lebih mirip candy stick atau agar-agar bakar favorit gw itu, daripada mirip dodol yang rata-rata butek.

Kemasannya juga professional: bentuk dan potongan rapi yang dikemas dalam plastik individual berwarna bening.Bungkus luarnya katanya bagus juga, tapi berhubung dah dibuang sama yang punya maka gw cuma bisa nyari tau lewat Google dan berhasil; malah ternyata ada juga toko yang jualan produk ini online.

Kalau dipegang rasanya kaku, dan terlihat masih ada serpihan kertas-kertas tipis menempel di sekujur body nya; yang ternyata bukan kertas, jadi gw duga itu adalah sejenis lapisan tipis agar-agar kering yang melt in your mouth, seperti yang terdapat di permen susu china gambar kelinci itu.

Sewaktu dicoba, rasanya juga ternyata nggak terlalu manis! Berbeda dengan konvensi standar dodol yang tingkat manisnya itu antara tinggi, hingga amit-amit. Teksturnya keras kenyal, kekenyalannya mirip dengan kekenyalan Konyaku instant produksi dalam negeri, tapi dalam tingkat kadar air yang lebih kering lagi. Kalau dari segi rasa, selain manis dan sensasi kenyalnya ini, maka nggak ada rasa yang significant. Perasa tambahannya juga nggak terlalu kentara, dan cuma lewat sekilas saja di indera pengecap; jadi ini bener-bener dodol yang karakternya soft banget.

After taste nya yang rada kurang enak: asem di belakang mulut, mirip seperti after taste kalau abis minum teh manis anget pagi-pagi; hal ini rada mengherankan, soalnya tadi rasa manisnya nggak terlalu heboh untuk nimbulin after taste sedemikian.

Walau demikian, ini jenis dodol yang unik dan nggak seperti dodol-dodol lainnya yang sudah ada. Mungkin secara taksonomi memang bukan dodol juga tapi dinamai sedemikian supaya lebih mudah diterima publik? Ah ribet amat, yang pasti penganan yang satu ini layak buat dijajal, terlebih buat mereka yang kurang toleran sama dodol standar, yang biasanya terlalu manis. (bay)

5 comments:

Appearances