Massimo Il Ristorante

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Italian
Location:Jl. Danau Tamblingan 206, Sanur, Bali
Akhir minggu kemarin akhirnya sempet juga mengunjungi salahsatu sasaran utama kuliner di daerah Sanur ini. Massimo Il Ristorante adalah sebuah restoran Italia yang konon menyajikan hidangan-hidangan otentik Italia, dengan harga yang juga terjangkau; dua kombinasi yang rasanya pas banget dengan selera saya. Jangan salah, restoran yang menawarkan hidangan otentik Italia di Bali cukup banyak, tapi rata-rata harganya juga otentik Italia dan kurang bersahabat dengan Rupiah.

Restoran ini dikomandani oleh Chef Massimo, yang setelah malang melintang di dunia kuliner selama belasan tahun, memilih untuk membuka gerainya sendiri di daerah Sanur ini. Dan ternyata sambutan pasar sangat responsif. Waktu malam kemarin kami ke sana, berbekal perkiraan bahwa high season turisme sudah berlalu kamipun melenggang santai saja ke lokasi, dan ternyata perkiraan kami rada meleset; Massimo penuh! Walhasil jadinya saya, isteri, dan si kecil harus menunggu sekitar 15 menitan untuk bisa mendapatkan meja kosong. Banyak pengantri sudah duluan menunggu di bar di bagian dalam restoran, sedangkan kami memilih untuk duduk di kursi kayu di sebelah area dining, sambil si kecil asik berjalan-jalan kesana kemari dan mengundang senyum beberapa turis manca negara yang sedang duduk di meja mereka. Rata-rata pengunjung malam itu memang turis bule; wisatawan mancanegara.

Setelah mendapatkan meja, kamipun lantas dengan antusias menelusuri pilihan hidangan yang tersedia, dalam suatu rangkaian menu yang menawarkan banyak sekali pilihan. Menu utama di tempat ini adalah pasta, mulai dari yang biasa semisal spaghetti dan fettuccine, hingga ke yang lebih eksotik semisal ravioli berisi bayam dan ricotta, atau tortelini berisi daging sapi.

Berhubung isteri agak kaget dengan banyaknya pilihan yang rata-rata terlihat asing, maka kamipun memutuskan untuk memulai dengan menu pizza saja, dan berdasarkan rekomendasi pramusaji malam itu kamipun mencoba pilihan "Quattro Stagioni" yang terdiri atas tomat, keju mozzarella, ¼ jamur, ¼ ham, ¼ artichokes and ¼ salami. Terkait diet kami, kami juga meminta untuk mengganti semua daging berbasis babi ke daging ayam atau sapi. Selain itu kami juga mencoba "Crema di Funghi" yang tak lain adalah sup jamur krim. Kenapa memilih menu yang simple? Biar isteri ikutan makan sekaligus mengetes performa makanan-makanan kelas standar di tempat ini; kalau rasanya enak, besar kemungkinan makanan lainnya yang lebih rumitpun akan enak. Maka dari itu pula, biasanya kalau saya tidak sempat mengetes menu secara ekstensif maka pilihan inilah yang saya tempuh. Untuk restoran Italian, ini berarti pemilihan makanan-makanan klasik dengan kombinasi dua-tiga bahan baku saja. Untuk restoran berbasis mie berarti Mie Ayam, sedangkan satu menu yang sangat sering saya pakai untuk sampling, karena ada di mana-mana, adalah Nasi Goreng. Yupp, Nasi Goreng, semua orang bisa bikin, dengan bahan apapun, nggak harus mewah atau mahal, tapi disinilah ketrampilan dan kreativitas seorang juru masak akan teruji. Sedangkan untuk pengetesan yang lebih mendasar lagi, cobalah menu-menu super sederhana semisal Nasi Uduk (Indonesian), atau Pizza Margherita (Italian) yang memuat hanya saus dasar pizza, serta keju.

Kembali ke Massimo, pilihan pizza kami tampil cukup menarik dengan topping yang juga cukup melimpah. Sesuai pakem Italian, maka pizza yang tersaji ini memiliki dasar dough yang tipis, serta taburan keju yang secukupnya saja; ringan, tapi juga cukup flavorful untuk bisa kita apresiasi kualitas bahan-bahan yang dipakai. Artichokenya terasa menarik, walaupun tidak terlalu unik juga sebenarnya, maklum baru pertama kali nemu sayuran yang satu ini. Tim dari Piccolino Pizza pernah merencanakan untuk mengadakan santap malam spesial kalau kebun Artichoke nya di Afrika sana panen, tapi berhubung Piccolino Jakarta keburu tutup maka rencana itupun bubar jalan. Sehubung yang dipakai adalah pickled artichoke, maka ketika disantap dengan percikan saus Tabasco, rasanya pun semakin nendang!

Adapun Crema di Funghi nya tampil seperti pure cair kehijauan dengan tekstur agak kasar, memiliki aroma earthy yang kuat, dan berpadu baik dengan kubus-kubus crumbly garlic croutons yang ditaburkan di atasnya. Yummy!

Sebagai penutup, kami kelewatan menu dessert yang ternyata ditempatkan terpisah dari menu utama, jadinya batal dari menjajal aneka Italian dessert di tempat ini, padahal kalau tau, minimal nyobain Crème Brulèe nya - menu dessert sederhana mirip sarikaya, yang juga bisa dijadikan tolok ukur ketinggian skill dari si chef. Tapi nggak sampe kecewa, karena kami sedari awal mendarat di tempat ini sudah keburu kepincut dengan aneka pilihan Gelato yang mereka pajang di display di bagian depan restoran. Sayapun memesan Gelato rasa strawberry dan Mojito; campuran antara lemon dan mint, dengan taburan potongan kulit lemon, mirip sokade. Nggak tau pake white rum atau nggak, soalnya nggak ada rasa-rasa alkohol disana, cuma kesegaran buah dengan rasa yang pekat; asem, seger, manis, ringan, penutup yang mantap untuk makan malam kami di hari itu.

Rata-rata hidangan utama berkisar antara 60K, sedangkan Steaks di kisaran 100K+, pilihan long drinks dan wine nya cukup banyak, rata-rata pengunjung tampil classy walaupun casual, family friendly setting, bagi pengunjung dengan anak batita bisa minta baby seat yang disediakan, area dining utamanya open air dengan penghawaan dibantu kipas, kalau nggak mau ngantri jangan lupa booking dulu via telepon ke +62-361-288942. Tapi kalau emang nggak keberatan menunggu, atau datangnya saat siang (ati2 panas), silakan go-show ke Jl. Danau Tamblingan No. 206, Sanur.

Metode pembayaran bisa pake Visa dan Mastercard, dan untuk informasi lebih lanjut silakan mampir ke http://www.massimobali.com. (bay)

Complete English version available here: http://blog.epicurina.com/2010/09/massimo-il-ristorante-restaurant-review.html

0 comments:

Appearances