Iga Bakar Si Jangkung


Rating:★★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: BBQ / Ribs
Location:Jl. Cipaganti, Bandung
Hujan rintik-rintik, perut laper karena berangkat dari Jakarta jam 1 siang tadi dengan jumawanya kami nggak makan siang dulu... secara belum ngerasa lapar akibat sarapan kesiangan. Apa daya udara Bandung yang dingin ditimpali pula hujan rintik membuat suasana tidak kondusif lagi buat menahan lapar. Jadilah gw dan isteri (dan anak) berkeliaran di sekitar Pasteur, mencari apa gerangan yang bisa dijadikan tempat berlabuhnya lidah di sore hari itu.

Pukul 4 sore, setelah sekitar setengah jam muter-muter Setiabudi - Ciumbuleuit - Cihampelas tanpa hasil, akhirnya kami masuk ke Jl. Cipaganti bermaksud nyari Nasi Padang saja, siapa tau di deket martabak Sakura situ ada... Namun bukan Nasi Padang yang kami temui, malah satu tenda biru-hijau khas Kecap Bango dengan nama "Iga Bakar si Jangkung". Wah, berarti salahsatu unggulan Wisata Kulinernya Mr. Bond nih... trus teringet juga pernah baca somewhere kalau IBSJ ini style-nya bukan seperti Konro Bakar nya Makassar, tapi lebih tradisional Jawa, soalnya disajikannya aja diatas cobek.

Iga, Jawa, Cobek... maka yang terbayang tadinya adalah sejenis pecel iga, variasi dari pecel lele yang biasa dijajakan di pinggir jalan itu. Tak apa-apa, kebetulan sedang lapar daging-dagingan. Gwpun kemudian memesan satu porsi Iga Sapi Bakar (15K), sedangkan isteri penasaran dengan Sate Potong Ayam Gorengnya (15K); yang dibilang sate tapi nggak pake tusuk, nggak pake bumbu kacang pula, dan digoreng pula... kayak apa jadinya ya? Ah yang penting ayam, gitu pikir isteriku yang rada picky eaters ini.

Sungguh diluar dugaan, kalau apa yang tersaji ternyata bukanlah pecel-pecelan seperti yang gw kira, tapi lebih mirip daging bakar bersaus semur! Dengan kuah yang masih meletup-letup panas dan asap yang tebal, gara-gara disajikan lengkap dengan "cobek" panasnya, dengan penampilan cobek dan makanannya yang sama-sama hitam legam nan aduhai! Haha! Nggak salah kalau Bango jadi sponsor mereka, secara hidangan yang satu ini tak bisa lepas dari kecap kental manis!

Gimana soal rasanya? Wah edan! Rasa manis pekat dari kecap berpadu dengan asiknya dengan aneka bumbu yang dipakai, dan sekilas rasa pedas dari potongan cabai rawit. So sweet yet so rich! Potongan dagingnya besar-besar dan empuk, dengan lemak-lemak iga yang melt in your mouth. Ditimpali pula dengan irisan-irisan tomat dan bawang yang segar, serta kerak bumbu dengan karakter rasa kecap yang caramelized, super nendang buat para penggemar makanan berkarakter manis!

Sate Ayam Goreng nya sendiri sangatlah tidak mengecewakan; dengan saus yang juga manis (tapi tidak se-pekat iga bakarnya), karakter rasa ayam gorengnya yang gurih agak asin masih bisa stands-out dengan baik diantara saus kecapnya yang juga manis pedas. Tadinya penasaran juga dengan Krengsengan dan Tongsengnya tapi apa boleh buat, yang makan cuma berdua, dah lumayan kenyang pula. Apalagi sebelumnya dah "diganjel" dengan es Kelapa + Alpukat (7K) dan Jus Dragon Fruit (7K), yang juga ada disana.

Soal tempat sih yang tahan diri aja ya, soalnya di cabang Jl. Cipaganti ini tempatnya rada-rada kusam dan terlihat kurang higienis. Tapi dengan kualitas makanan (dan harga) sedemikian, it's one very hard place to resist. Will be back? Definitely!

Iga Bakar Si Jangkung
Jl. Cipaganti No. 75B, Bandung
Buka 18.00 - 23.00 WIB
Phone: 022 7005 1615 (Delivery Service)

10 comments:

Piring Nasi

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Tebet Barat Dalam Raya no 48, Jakarta Selatan
Letaknya berseberangan dengan Cheese Cake Factory, seandainya bingung sama penamaan jalan di daerah Tebet. Restoran ini menempati lantai atasnya salahsatu bangunan di jalanan yang ramai ini, dengan pilihan seating indoor bersuasana restoran (sekitar 30 seats | no smoking), atau outdoor dengan patio chairs dan umbrellas (sekitar 15 seats | free smoking). Lumayan mungil.

Mbot mentioned mengenai judul restoran yang rada tidak matching; "Piring Nasi: Soup, Pasta, Grill". Iya ya.. Tapi kalau dipikir lagi memang tidak ada salahnya sih makan sayur asem di cangkir teh juga, asal muat. Jadi walaupun nama perkakasnya "piring nasi", yaa sah-sah aja mau ditaroin spaghetti juga, toh kita nggak bicara soal taksonomi eating utensils.

Jenis hidangan di PN ini cukup beragam dan rata-rata menggiurkan, dengan kewarganegaraannya juga beragam, mulai dari Indonesia, Thailand, sampai ke negara-negara Eropa hadir disini.

Yang dicoba kemaren adalah Nasi Ayam Hainam dan Nasi Goreng Kambing. NAH nya lumayan enak (3/5), walaupun lacked special something yang bisa bikin terkenang-kenang. NGK nya on the other hand, is wonderful! (4/5). Taste-nya lebih kearah Indian dengan karakter rasa yang rada-rada dry curry begitu, tapi dengan racikan bumbu yang cukup sederhana untuk bisa dibilang enak tanpa harus bingung menghadapi serbuan aneka aroma rempah dari kanan-kiri.

Price-wise, not bad, main course sekitar 20 - 30K, dengan banyak minuman berkisar dibawah 10K. Jadi untuk makan berdua yaa sekitar 75K udah cukup puas.

Buat nongkrong? Karena makanannya cukup enak jadi bisa dianggap diatas rata-rata. Kalo nggak salah ada free WiFi nya juga tapi gw lupa. Kenapa cuma tiga bintang? Nggak / belum nemu that definite factor yang bikin berasa pengen balik lagi. But will I be back? Why not? (bay)

0 comments:

Teh Gula

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Surya Sumantri No.32 (Salon Anata)
Beberapa kali lewat jalan Surya Sumantri (Maranatha) malem-malem, gw perhatiin ada dua tempat yang selalu heboh dengan rentetan kendaraan parkir. Bedanya, yang satu ramai diparkiri motor, satu lagi ramai diparkiri mobil.

Kalau yang ramai diparkiri motor gw perkirakan sebagai tempat makan murah meriah khas mahasiswa, maka yang satunya lagi gw perkirakan sebagai tempat kumpulnya socialite Bandung. Atau minimal restoran yang "hip" lah. Belum nyempetin mampir ke dua-duanya karena belum saatnya buat hunting ke tempat sedemikian.

Hingga suatu malam saat lembur di kantor dan jam sudah menunjukkan pukul 9 malem, gw pulang nebeng temen kantor yang kemudian membantu menguak tabir tempat apakah gerangan yang gw anggap tempat kumpulnya kaum Socialite Bandung tersebut?

Ealah... ternyata restoran murah!

Nama tempatnya "Resto Teh Gula", mereka menerapkan seating setting outdoor (tapi beratap), di pelataran tempat yang siang harinya adalah sebuah Salon dengan nama "Anata".

Agak susah nyari pramusaji disini. Harus berusaha rada keras untuk menarik perhatian mereka yang rata-rata berpandangan lurus ke dapur (no sweeping). Tapi kalau sudah dapet, rata-rata cukup ramah koq.

Selain dari variasi yang cukup banyak tercantum di buku menunya, satu hal utama yang pasti mengejutkan dari tempat ini adalah harga-harganya! (sampe pake tanda seru tuh). Misalnya saja:

+ Nasi goreng: 5K
+ Iga Sapi Panggang: 10K (sudah termasuk nasi)
+ Paket Ayam Lemon: 10K (sudah termasuk nasi dan free sayur - boleh milih)
+ Paket nasi Fuyung hai: 7K (dan katanya nasi boleh tambah)

Dan asiknya walaupun harganya murah, tapi dari segi porsi maupun rasa nggak ada yang diturunkan kelasnya. Makanan enak, murah, lokasi strategis, fancy, banyak pilihan, pantes aja laku keras... apalagi, resto Teh Gula ini ternyata buka hanya di malam hari dengan jam yang lumayan fantastis; dari sekitar jam 7 malem, hingga ke pukul 2 dini hari!

Nah, baru deh ketauan walaupun berderet mobil keren, tempat ini sebenernya adalah "kantin" mahasiswa =).

Taste-wise; not bad lah, dari rasa makanan saja bisa dapet tiga bintang. Service kurang attentive (-), tapi waktu pemesanan relatif cepet (+), dan yang juga tak kalah penting, jam buka yang cocok buat makan malem, sekaligus buat para late supper semisal pekerja lembur atau penjelajah malam (betmen misalnya) (+)

2 comments:

Warung Pasta, Bandung

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Italian
Location:Jl, Ganeca No. 3, Bandung
Baca dari salahsatu artikel, ternyata karyanya Chef Ragil? Well so, congratulations telah berhasil membuka outlet yang kelihatannya selalu penuh pengunjung siang dan malam ini.

Kecuali untuk beberapa jenis menu, maka sistem pemesanan makanan untuk WP ini adalah standar tiga tahap:

1. Tentukan saus / cara masaknya
2. Pilih jenis pastanya (ada spaghetti, fussili, fettucini, dll.)
3. Pilih ukurannya (kecil, sedang, besar)

Sedangkan untuk minumannya, beberapa jenis ada pilihan yang lumayan menyenangkan: free refills. Sepuasnya.

Gw mesen yang pake Tuna chunks with olive oil, garlic, parsley, dan... cabe rawit - porsi sedang (16K / 100 gr) - extra Salmon (5K). Minumnya pesen Mint Tea (refill) (12.5K). So here it goes...

Pesenan dateng dalam waktu relatif cepet, pastanya 'al dente' (+). Tingkat kematangan ini bukannya nggak mateng, memang masih rada keras, tapi ini standar internasional dan dipake di WP ini. Jadi kalau nggak suka, minta dimasak ampe mateng bener waktu mesennya.

Content inspection: Lho koq tuna semua isinya?(-) Cepet gw kontak waiter, dan tak lama kemudian floor captainnya mampir, dengan ramah menanyakan ada masalah apa, lalu koordinasi ke dapur (+). Trus pak kapten balik lagi dan bilang kalau di order yang tercatat adalah extra tuna, bukan salmon... dan nawarin buat diganti (+)

Seinget gw sih tadi mintanya Salmon, dan pas order dikonfirmasi sama waiternya juga Salmon... tapi ya sudah lah, barangkali gw salah sebut juga. Toh pake tuna thok udah oke (+).

Walaupun pelayannya keliatan masih hijau banget, dan miskin senyum (-), tapi cukup sigap dan membantu.

Nah sekarang, paduan rasa olive oil dan garlic itu termasuk very light, yang mana gw anggap cocok lah buat tuna yang relatif kuat karakter rasanya. Tapi plus rawit? Sebenernya ini salahsatu garnish yang paling gw hindari karena gak tahan pedes... tapi karena keliatannya cocok so nekad aja... tapi gak lupa minta sama waiternya supaya "jangan terlalu pedes". Dan dateng tetep dalam tingkat pedes yang volcanic (-). Hehehe, jadinya mandi keringet siang itu di Bandung yang dingin.

Taste-wise? Wonderful! Simple tapi nendang. Kecuali pedesnya yang minta ampun itu ya.

Ice Mint Tea nya, baru berasa kalau daun-daun mint nya dikunyah (-). Ini karena selain si daun2an nggak diremes supaya aroma dan rasanya keluar, direndemnya juga keliatannya nggak cukup lama. Jadinya lebih seperti regular ice tea with chewable leaves.

Yang rada bikin bengong adalah tempat sedemikian masang tax & service sampe 15%, sementara resto2 di Bandung malah kadang "menyerap" cost ini ke harga makanan langsung, jadi pembeli nggak usah berhitung ulang pas mau bayar.

Nyobain menu lain yang pake keju dan lalu dipanggang, ternyata lumayan juga. So, soal taste sih cukup oke deh (+).

Hal menarik lainnya adalah Free WiFi nya itu (+), sehingga banyak pengunjung berlama-lama mampir disini buka leptop, cukup bermodalkan free-refill drinks. Mahasiswa sekali...

Minus pointnya: hectic sekali, dan keliatannya rada sia-sia pemisahan antara smoking vs. non-smoking sectionnya. Sering harus waiting-list, colokan listrik ada tapi sedikit, dan costing yang sedikiiiit rada tinggi untuk standar Bandung (in my mind surely). Jadinya nggak bisa dikategorikan sebagai budget dining.

Will be back? No problem, but not really eager. Recommended? Why not? (bay)

5 comments:

Balik Bandung: Sarapan

Ternyata selain dari Bubur Ayam, sarapan populer di Bandung adalah Nasi Kuning. Kadang ada kupat tahu atau soto ayam, tapi lebih sering nemu yang dua itu tadi. Pilihan lainnya? Mampir ke toko-toko kue tempo doeloe dan beli bacang / lontong / kroket yang masih anget karena baru dateng. Jam 7 pagi biasanya dah available. Toko kue besar sekelas Kartika Sari juga buka pagi, lontong daging sapinya enak banget, sebiji cuma 2.250 rupiah, beli dua udah lumayan kenyang.

Bubur Ayam di Bandung bakalan bikin orang Jakarta heran... soalnya kalau di Jakarta sana rata-rata buburnya disiram kuah kuning, tanpa kacang, dan banyak pilihan sate-satean (ati-ampela, telor puyuh, usus, dll.), maka di Bandung style nya cenderung polos. Kacang kedelai garing bisa dibilang wajib, tapi jangan harap nemu pilihan sate-satean kalau bukan di beberapa tempat khusus saja.

Nasi Kuningnya sih biasanya udah komplit, ada oseng tempe, bihun / soun, telur dadar suwir, dan sambel. Sambelnya spesial, sambel oncom. Tapi jangan kecewa kalau nemu "cuma" sambel tomat atau terasi, enak juga koq.

Pilihan lain yang cukup aduhai adalah Surabi (Serabi). Biasanya dijual di pinggir jalan, tapi jalanan2 kecil bukan jalan arteri. Kayak tadi pagi nih nemu satu di daerah Setrasari Mall. Karakter rasa santen nya kerasa cukup kuat, teksturnya lembut dan rada kenyal, topping oncomnya juga enak, maklum oncom Bandung kan emang top! Beda sama oncom Jakarta yang kadang berasa makan sampah, karena isinya cuma ampas kelapa dan kadang udah berlendir pula...

Versi manisnya juga top! Surabi plain disiram saus kental gula merah plus kelapa parut. Mantep lah. Gak nyesel.

Yang belum nemu? Makanan favorit gw, Tutug Oncom! Tapi emang yang satu ini sih rada kurang populer dibanding jajanan2 standar lainnya.

Eh iya, kembali ke Kartika Sari, ternyata menurut info sang adik, diatas jam 10 malem pun toko pusatnya masih "buka", walau yang berjualan udah bukan tim originalnya, tapi Satpam yang jaga disana. Keliatannya ada special deal yang win-win antara toko dan si satpam. Boleh dicoba kapan-kapan buat yang malem-malem ngidam pisang molen. Katanya masih anget pula.

Dan soal pisang & roti bakar Madtari di Jl. Dipatiukur sana, kata temennya adik yang juga salahsatu supplier kesana ngasi tau kalau omset beli keju mereka adalah 150 juta rupiah, per SATU MINGGU. Gila...

Sekian sekilas info soal sarapan dan nyerempet2 ke jajanan... dari gw yang sekarang sedang "Balik Bandung".(bay)

7 comments:

Appearances