Spesial Belut Bu Hadi


Rating:★★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Jl. Kertajaya Indah Timur No. 8 (GOR Bulutangkis Sudirman), Surabaya. Telp: (031) 70845938 / 60599943
Saya benci sekali melihat belut hidup yang dijual di sejumlah supermarket. Entah, apakah karena bentuknya yang agak buruk dan terkesan jahat, atau mungkin saya lebih ingin melihatnya sudah matang dan tersaji cantik di meja makan…

Dalam kunjungan ke Surabaya kemarin, saya langsung mengiyakan ketika seorang teman ibu saya mengajak makan pecel belut. Sempat, nyaris 1 jam lamanya kami berputar-putar ke 2 tempat yang berbeda tanpa hasil karena ternyata tempat pecel belut di kedua lokasi itu rupanya sudah tidak ada. Dan akhirnya kami berhasil menemukan lokasi pindahannya yang tak jauh dari Mall Galaxy. Berbentuk sebuah kedai sederhana yang terbuka namun bersih, kita bisa melihat proses memasak yang dilakukan di sisi luar. Kami lantas disambut dengan sangat ramah oleh lelaki paruh baya yang adalah suami Bu Hadi.

Kami memesan seporsi Pecel Belut Kering (13K), Pecel Belut Biasa (13K), Pecel Belut Basah (13K) dan Pecel Belut Elek (13K). Yang membedakan antara Pecel Belut yang kering, biasa dan basah, tentu saja hanya tingkat crispness-nya. Pecel Belut Kering dipilihkan untuk adik saya (yang terlihat jelas memang belum ‘belut-friendly’), saya memilih Pecel Belut Biasa, dan Pecel Belut Basah langsung dimonopoli oleh teman ibu. Ibu saya, demi mencoba sesuatu yang lain, memilih Pecel Belut Elek. Yang membedakan Pecel Belut Elek ini adalah belutnya dimasak terlebih dahulu dengan ciu. Penyajian keempat pesanan kami ini sama. Dengan penyajian di wadah cobek yang terbuat dari tanah liat, yang terletak di bagian paling dasar adalah sambal, lantas susunan potongan belut goreng dengan jumlah yang banyak, lantas terakhir adalah bawang putih goreng yang ditumbuk di atasnya. Bawang putih dengan porsi banyak ini sebelumnya digoreng utuh. Iya, utuh; lengkap dengan kulitnya. Jadi setelah matang dan ditumbuk di atas belut, penampilannya semakin cantik dengan beberapa helai kulit bawang putih yang terlihat merekah. Tingkat kepedasan sambal yang terbuat dari cabai, bawang merah dan terasi itu pun bisa diatur sesuai selera. Saya memesan yang pedasnya sedang; itu pun sudah cukup membuat keringat saya bercucuran lumayan deras.

Daging belut yang masih moist pada Pecel Belut Basah ternyata enak banget. Tidak amis sama sekali! Kalau Pecel Belut Elek, ada di pertengahan, antara yang basah dengan yang biasa. Ada nuansa rasa masakan Chinese di belakang, akibat bumbu ciu tadi. Unik rasanya. Yang jelas, semuanya enak sekali. Perpaduan sambal bawang merah yang pedas dengan daging belut yang memang gurih, ditambah tumbukan bawang putih goreng, membuat sensasi rasa yang sangat kuat. Yummm… Asli, nendang! Saya pasti akan selalu menyempatkan diri ke tempat ini kalau lain kali ke Surabaya lagi!

Contekan harga lainnya dari menu; Pecel Lele (12K), Belut Saos Inggris Kering (13K), Belut Saos Inggris Biasa (13K), Belut Saos Inggris Basah (13K), Nasi Putih (3K). Oya, untuk pesanan take away, pecel-pecel ini ternyata tetap disajikan dengan wadah cobeknya lho. Lucu juga.

Oh, this one is definitely not for you, Mr. Dracula!!!



ADE-licious-o-meter:
Taste: 10 of 10
Food Presentation: 10 of 10
Service: 9 of 10
Hygienic Level: 8 of 10

4 comments:

Halim


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Chinese
Location:Jl. Kertajaya No. 111-113, Surabaya. Phone: (031) 5032054 / 5039848
Setiap kali Ammal ke Surabaya untuk mengunjungi Eyang Putri, ia selalu menyempatkan untuk mampir ke Halim dan membawakan saya seporsi burung dara goreng sebagai buah tangan. Seperti sudah menjadi sebuah kewajiban baginya yang saya nikmati hasilnya. Hehehe… Dan, pada hari pertama ketika kami tiba di Surabaya kemarin, paman saya lantas mengajak kami sekeluarga, bersama Eyang Putri, untuk makan siang bersama di Halim. Yummm!

Halim tidak pernah berubah wujud. Masuk pintu, deretan meja dengan taplak plastik berjajar rapat. Dengan dinding bersih, sepi dari dekor. Beberapa standing AC terlihat di sudut ruangan. Dalam acara makan kali ini, bibi saya yang memilih serta memesankan makanan. Sayangnya, selain Burung Dara Goreng, Sup Perut Ikan dan Ca Baby Kailan, pilihan lainnya terlalu ‘pop’ buat saya.

Sup Perut Ikan (55K)
Sup Perut Ikan ini disajikan paling awal. Isinya; irisan besar perut ikan, ati, ampela, kembang kol, bakso ikan, dan daun horenso. Belum pernah makan perut ikan? Bayangkan saja kerupuk kulit sapi (a.k.a. dorokdok a.k.a. rambak) yang direndam dalam kuah sup hingga merekah. Tambahkan 4 level tingkat kekenyalan. Superb! Dengan kuah bening pada sup ini, terdapat citarasa khas yang selalu saya temukan di setiap sajian sup perut ikan – yang, entah asalnya dari mana, namun - segar sekali. Rasa bawang putih yang biasanya cukup dominan di masakan Chinese, hanya tersirat tipis di sini. Saya menambahkan condiment berupa kecap asin dengan irisan cabe rawit, untuk menambah kesedapannya. Seporsi sup ini, bisa dibagi menjadi sekitar 8 mangkuk. Pembangkit selera yang mumpuni ini wajib dipesan.

Burung Dara Goreng (60K)
Berisi 2 ekor burung dara yang masing-masing dibelah menjadi 7 potong. Berbeda dengan sajian-sajian burung dara goreng lain yang saya dapatkan di Jakarta maupun di Jogjakarta, di sini, burung dara goreng datang dalam size sedikit lebih besar dan dengan tambahan lapisan tipis lemak di bawah kulit, yang menambah rasa gurih. Tingkat kematangannya pun tepat; tidak sampai garing sehingga tidak menghilangkan nikmatnya mengulum daging burung dara dalam mulut hingga lumat habis. Harga burung dara goreng di sini memang lebih mahal, tapi rasa jauh di atas segalanya! Sebagai condiment, ada cocolan lada garam serta jeruk nipis. Saya sendiri, lebih suka memakannya plain – tanpa condiment apapun. It tastes already too damn perfect. Hehehe… Saya nobatkan sajian dari Halim yang satu ini sebagai Juara Burung Dara Goreng Se-Indonesia. Yihaaaa!

Ca Baby Kailan (25K)
They say it’s a baby kailan. Tapi setahu saya, ini adalah batang kailan ‘dewasa’ yang menyisakan sedikit daun di ujungnya. Ah, whatever. Yang jelas, tekstur sayur ini crunchy. Mengingatkan saya pada batang brokoli yang jadi campuran salah satu menu di Toko You, Bandung. Enak! Sayangnya, saus tiram yang digunakan terlalu pekat dengan rasa asin. Kalau saja tingkat keasinan bisa dikurangi barang tiga level saja, jadinya bakalan sempurna.

Ayam Kolokee (35K)
Ayam asam manis? Sama nggak ya? Duh, yang jelas rasanya yah… Gitu aja. Asam manis gitu lohhh. So so. Not my thing.

Fu Yung Hai (45K)
Tidak saya sentuh sama sekali. Not my thing either. Sorry.

Bihun Goreng (22K)
Tidak ada yang istimewa dengan bihun goreng di sini selain isinya yang banyak (baik macam maupun kuantitasnya). Bihunnya sendiri agak terlalu garing, dan penampilannya juga tidak cantik. Taste? Standar.

Nasi Putih (5K)
Di sini, nasi putih dihitung per-pax.

Next time
, saya akan mencoba untuk memesankan makanan deh. Supaya lebih banyak yang bisa saya ceritakan. Tentu, bukan menu-menu yang ‘pop’ dong ah! :D



ADE-licious-o-meter:
Taste: 8 of 10
Food Presentation: 7 of 10
Service: 8 of 10
Hygienic Level: 8 of 10

3 comments:

La Bastille


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: French
Location:Jl. Abdul Majid No. 23, Cipete Selatan, Jakarta Selatan. Phone: Res (021) 7248213 / Café (021) 98286884
Sempat satu kali saya menikmati makanan di Le Buffalo, sebuah warung penyaji masakan Prancis yang terletak di Jl. Abdul Majid, Cipete – tepatnya di seberang sebuah gedung sekolah dasar di dekat pertigaan Jl. Fatmawati. Setelah itu, bangunan Le Buffalo lenyap dan tergantikan oleh sebuah bangunan kost bergaya minimalis. Le Buffalo, entah ke mana. Hingga kurang dari sebulan yang lalu, seorang teman memposting album foto yang menunjukkan La Bastille ini. Maka kami, saya & Brutus, langsung memutuskan untuk mencobanya. Kalau tidak waspada, cukup sulit untuk menemukan café (eh, errr… warung?) yang lokasinya memang agak ngumpet dengan ukuran mungil ini.

Namanya memang La Bastille. Tapi sepertinya, inilah Le Buffalo yang kami cari-cari selama ini. Setidaknya, si ibu tua di Le Buffalo (konon, menurut Brutus, beliau adalah pemiliknya), sekarang ada di sini. Melihat menu, perangkat makan, serta dekorasinya… duh, ini sih Le Buffalo. Ganti nama saja, mungkin? Whatever.

Escargot Bourgogne (½ Dz = 40K)
Saya memesan 6 buah bekicot yang dipanggang dengan herb butter ini sebagai appetizer. Because, yea, escargot does appetizing – somehow. Disajikan dengan beberapa irisan baguette yang sudah di-bake dan butter, escargot ini datang tanpa busana. Tanpa cangkang, maksud saya. Cocolkan irisan baguette di lelehan herb butter. Kunyah. Lalu masukkan escargot dalam mulut. Kunyah lagi. Mmm… Enak banget. That’s all I can say.

Rognons D’agneau au Porto (55K)
Irisan tebal ginjal kambing muda, dalam saus wine. Disajikan dengan mashed potato, chopped sautee spinach serta baby buncis rebus. Ginjalnya dimasak dengan tingkat kematangan yang pas, menghasilkan gigitan yang chewy. Saus wine yang tipis; tidak menghilangkan karakter rasa ginjal kambing yang khas. Beefy sekali tapi tidak amis. Kemungkinan besar dikarenakan ginjal ini diperoleh dari kambing muda. I love it! Sementara, dalam mashed potato-nya terlihat ada nuansa warna oranye yang didapatkan dari wortel yang diparut halus. Bukan jenis mashed potato yang creamy. Teksturnya juga tidak terlalu halus. Tapi inilah jenis mashed potato yang sama seperi yang saya dulu dapatkan di Le Buffalo. Baby buncisnya direbus begitu saja, masih crunchy ketika digigit, dengan citarasa yang manis. Enak. Chopped sautee spinach-nya jadi favorit saya dari seluruh side dish di sajian piring ini. Plain, tenderly classy. Menu yang enak, tapi sebenarnya tidak direkomendasikan bagi penderita asam urat seperti saya. Juga meningkatkan kolesterol dengan sekejap! Hehehe…

Coq Au Vin (50K)
Fillet ayam yang dimasak dalam saus wine. Tekstur ayam menjadi lembut. Saus wine di menu ini terasa cukup pekat. Disajikan dengan side dishes yang sama; mashed potato, chopped sautee spinach dan baby buncis rebus. O ya, mashed potato bisa diganti dengan french fries, jika mau.

Sisanya, yang tercantum di bon adalah Orange Juice (15K) dan Aqua (5K).

Selama menunggu masakan yang belum datang, kami disuguhi kering kacang teri. So not French sih yesss. Tapi yaaa, it’s ok lah :D Pelayanan ramah. Waitress yang meladeni kami juga sangat helpful, terutama ketika saya banyak tanya tentang isi menu di tangan saya. O ya, ada beberapa nama di menu yang sepertinya menarik dan akan saya coba pada kunjungan berikutnya, yaitu:
Pate du Chef (35K) <<< konon, kata si waitress, terbuat dari hati angsa (awww!) dan home made. Wah!
Moules Marinieres / Frites [marinated mussels with french fries] (45K)
Sole Sauce Anchois [sole with anchovy sauce] (50K)
Bouillabaisse [Marseille seafood soup] (65K) <<< well, dengan harga segitu, it better has a very delightful taste with a whole ocean’s creatures in it! Hehehe…

Jangan lupa adanya menu spesial harian yang mereka tawarkan yaitu; Beef Bourguignon [beef stew], Tripes a la Mode de Caen [stewed tripe], Filet de Poulet / Puree [roasted pork with mashed potato], Roti de Porc / Puree [roasted pork with mashed potato], Gambas au Calvados [shrimp dipped in calvados] serta Couscous Royal.

O ya. Saya sempat juga sebenarnya mempertanyakan keberadaan Fried Rice Special di menu ini. Apakah ini nasi goreng ala Prancis? Atau sekedar nasi goreng pelipur lara (baca: ditujukan bagi mereka yang terpaksa singgah di sini karena menemani seseorang alias sebenarnya nggak doyan masakan Prancis)?

Catatan lainnya, harga-harga yang tercantum di menu tadi sudah nett. Tapi pembayaran hanya diterima dalam bentuk cash. Dan harap bersiap dengan space parkir yang, errr… sebenarnya tidak ada itu ;D




ADE-licious-o-meter:
Taste: 9 of 10
Food Presentation: 8 of 10
Service: 9 of 10
Hygienic Level: 9 of 10

4 comments:

Sate dan Sop Domba Afrika

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: African
Location:Jl. Gajah Mada, dekat Jl. Kejayaan.
Selama ini cuma mendengar dari beberapa orang bahwa sate domba di jl. Gajah Mada itu enak surenak top markotop. Tapi selama ini juga aku ngak pernah punya kesempatan untuk makan sate domba. Takut tekanan darah tinggi kumat dan selain itu aku maunya sate domba yang ada di jl. Gajah Mada.

Suatu hari entah kenapa Olin dan Betty (adik sepupuku) tiba2 menyarankan untuk mencoba makanan tersebut. Anehnya pula suamiku yang biasanya tidak punya lidah advonturir, tiba2 malam itu juga menerima ajakan untuk makan sate domba. Ya udah jadilah kita makan sate domba Afrika di jl. Gajah Mada.

Melihat namanya sate domba Afrika, dalam benakku yang terlintas adalah bakalan ngelihat koki item asli dari Afrika atau minimal dombanya yang item2 kayak orang Afrika. Ngak tahunya sang koki adalah orang Cina dan dombanya udah ngak pada punya kulit alias udah diolah (jadi kagak tahu tuh domba hitam atau putih). Ya sudahlah...... yang penting masakannya khan bukan kokinya apalagi warna dombanya.

Tempatnya di emperan toko di jl. Gajah Mada. Yah.....yang namanya emperan toko, maka jangan diharapkan kebersihan adalah unggulannya. Pokoknya kusarankan bawa hand sanitizer untuk cuci tangan dan tisu basah adalah yang terbaik untuk mengelap sendok, garpu dan pisin (cawan kecil) bumbu yang disediakan. Biasanya aku tidak pernah akan memesan es teh atau minuman yang menggunakan es batu kalo makan di emperan toko, lebih baik berhati2 dengan es batu yang dipakai mereka. Sisanya.....yah, serahkan pada Tuhan deh. Makanya doa sebelum makan itu penting!

Namanya emang sate domba, tapi jangan berharap melihat sepotong tusuk satepun yang ada. Semua daging domba dipotong2 (bite size --- tidak terlalu kecil tapi tidak terlalu besar juga), dan dicampur dengan bawang bombay. Melihat penampilan masakannya, benar2 tidak menggugah selera. Dagingnya item2 kayak gosong dan bawang bombaynya udah menjeritkan kata "BAU MULUT". Tetapi begitu dagingnya disantap, ya Tuhan...............rasa enaknya 90%, sisanya UENAAAAAK banget!!!! Dagingnya tidak bau, tidak gosong, empuk tanpa kehilangan tekstur liat dagingnya dan paduan dengan bawang bombay emang TOP banget. Domba + Bawang Bombay = Surga Dunia. Daging domba yang 'rich' dipotong dan diimbangi oleh ketajaman rasa dan aroma dari bawang bombay, malah membuat perpaduan rasa yang 'nendang' banget' dalam mulut. Bawang Bombaynya walaupun terlihat segar sama sekali tidak bau karena sudah dimasak. Jadilah 3 porsi sate domba habis ludes dimakan 4 orang, pake acara mau ditambah lagi pula (untung dombanya keburu abis kalo enggak bisa2 diet gue gagal total). Dan yang bikin pengalaman sate domba ini semakin berkesan adalah BUMBU cocolannya. Pakai Mustard kuning dicampur sambel cabe (hati2, sambelnya rasa mercon alias pedes banget!) ditambah kecap manis. Ooooooh........I'm in heaven!

Kita juga memesan sop domba 2 porsi, sayangnya masakan ini gagal total di lidah kita berempat. Pokoknya rasanya, blah.......... ngak ada rasa! Bener2 jangan dipesan deh, rugi2in perut dan lidah. Begitu makan sopnya, rasanya sebel banget.

Oh ya, Olin kebetulan memesan pisang goreng, yang menurut kata sang penjual cocok banget untuk dimakan bareng sate domba. Dan ternyata pisang gorengnya emang enak. Tidak pakai terigu atau apapun (jadi tidak crispy) tapi rasa manisnya yang 'lembut' emang cocok untuk jadi dessert sate domba yang 'rich'. Berkat pisang goreng kekecewaan hati karena sop yang gatot agak terobati. Syukurlah!

Pokoknya tempat ini seharusnya mendapat review 4 bintang. Sayangnya karena sopnya ancur dan kebersihannya agak2 kurang ya......terpaksa jadi 3 bintang aja deh. Harga satu porsi sate daging domba adalah Rp. 35.000,-. Ada juga mereka menyediakan torpedo dan jeroan domba. Kita ngak berani mesan karena takut kolestolol, hehehehe........ Sop juga dibandrol dengan harga Rp. 35.000,-. Pisang goreng kalo ngak salah sekitar Rp. 10.000,- (isi sekitar 3 potong pisang yang diris 4 bagian. Oh ya menurut sang penjual, daging domba termasuk daging yang low kolesterol loh.

Apakah aku akan balik makan kesana? Tentu dong....... Apakah aku menyarankan makan disana? Siapkan aja lidah petualangan dan bersiap2lah dengan kondisi makan di emper toko, itu saja saranku. Selamat berburu!

11 comments:

ENJOY!

Cooking Regards,
AssortedRecipes.com
For more recipes, visit: http://www.assortedrecipes.com


Hot Chicken Curry Recipe

This Indian curry has a nice thick sauce, and it is made using red and green (bell) peppers for the extra colors. This delicious curry can be served with either the wholemeal (whole-wheat) chapatis or just plain boiled rice.

 Ingredients: Serves 4

2 tablespoons corn oil
1/4 teaspoon fenugreek seeds
1/4 teaspoon onion seeds
2 medium onions, chopped
1/2 teaspoon garlic pulp
1/2 teaspoon ginger pulp
1 teaspoon ground coriander
1 teaspoon chili powder
1 teaspoon salt
400 g/14 oz/1.75 cups canned tomatoes
2 tablespoons lemon juice
350 g/12 oz chicken, skinned, boned and cubed
2 tablespoons chopped fresh coriander (cilantro)
3 fresh green chilies, chopped
1/2 red (bell) pepper, cut into chunks
1/2 green (bell) pepper, cut into chunks
Fresh coriander (cilantro) springs

 

Method:
1. Using a medium saucepan, heat the oil and fry the fenugreek and onion seeds until they turn a shade darker. Add the chopped onions, garlic and ginger and fry for about 5 minutes until the onions turn golden brown. Lower the heat to very low.

2. Meanwhile, in a separate bowl, mix together the ground coriander, chili powder, salt, tomatoes and lemon juice.

3. Pour this mixture into the saucepan and turn up the heat to medium. Stir-fry for about 3 minutes.

4. Add the chicken pieces and stir-fry for 5-7 minutes.

5. Add the fresh coriander (cilantro), green chilies and the sliced (bell) peppers. Lower the heat, cover the saucepan and let this simmer for about 10 minutes until the chicken is cooked.

6. Serve hot, garnished with fresh coriander sprigs.

Note: If you prefer a milder version of this delicious chicken curry, just omit some or all of the fresh green chilies.

*****

0 comments:

Appearances