Sector - Bar & Restaurant


Rating:★★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Jl. By Pass Ngurah Rai, Sanur, Bali. Telp: (0361) 757248
Boleh percaya, boleh nggak. Sampai detik ini, saya belum nyobain makan bebek goreng yang maha terkenal itu di Bebek Bengil. Tapi, seorang teman, he’s Balinese, bilang ke saya kalau Bebek Bengil tidak sedahsyat bebek goreng di Sector. Dan Brutus pun menyetujuinya (dia sempat colongan makan di Bebek Bengil waktu saya nggak ikutan ke Bali! Hmpf!). Maka, meluncurlah kami ke Sector.

Terletak di area Inna Grand Bali Beach Hotel, Sector Bar & Restaurant ini mendapatkan berkah berupa pemandangan lapangan golf yang cantik sekali. Dengan interior yang juga berkesan mewah, sekaligus mengesankan kalau deretan menu yang ditawarkannya akan cukup habis menguras kantong. Kami lantas memilih untuk duduk di bagian outdoor. Panas agak terik, memang. Tapi pemandangan yang bagus membuat kami bersikukuh untuk ngeceng di sana sambil melihat orang bermain golf. Tentunya sambil berdoa supaya nggak kena timpuk bola golf!

Bebek Goreng (46K)
Disajikan dengan nasi putih, sambal matah, sambal ulek dan sayur pelecing kangkung, bebeknya datang setengah ekor! Wih! Jadi nggak usah repot-repot memesan, paha atau dada; dua-duanya pasti dapat. Digoreng sampai tingkat crispness yang tepat; kering di luar, tapi masih cukup moist di dalam, sehingga tidak menghilangkan nikmatnya rasa si daging bebek. Sambal matahnya dibuat dengan minyak kelapa asli, menambah nikmat pada rasa pedasnya yang nendang banget. Membuat keringat saya bercucuran, tapi tetap tidak bisa berhenti mengunyah. Sambal uleknya tidak terlalu istimewa, dengan tingkat kepedasan yang sedang sedang saja. Sayur pelecing kangkungnya pun sempurna. Matang, tapi tidak sampai berubah warna. Penampilannya pun cantik. Menu wajib pesan di sini. Juara.

Ikan Goreng [kakap merah] ala Sector (32K)
Kakap berukuran sedang, digoreng setelah sebelumnya dibuat fillet. Penyajiannya sama dengan bebek goreng; sudah termasuk nasi, sambal matah, sambal ulek, dan sayur pelecing kangkung. Enak sih. Tapi, kalau ada bebek, kenapa harus pilih ikan? :D

Nusantara Lover (52K)
Ini pesanan teman saya. Isinya paket ayam taliwang, sup ikan, lengkap dengan sambal berwarna oranye kemerahan yang mempresentasikan kepedasannya. Sayang, karena terlalu sibuk berkutat dengan bebek, saya nggak sempat mencicipi. Lagipula si empunya tidak menawarkan. Hahaha… Konon, sambalnya pedas sekali, dan enak pula. Mungkin bisa dipesan lain kali, kalau saya tidak kekenyangan setelah makan bebek goreng.

Harga makanan lainnya pun sangat reasonable. sebagai tambahan, ini saya catat dari lembar bon; Nasi Putih (4K), Ice Tea (15K), Ice Lemon Tea (15K), Bir Bintang S (15K). Ice tea-nya disajikan dalam gelas berukuran besar. Puas banget! Setelah kepedesan pun, saya cukup menghabiskan segelas Ice Tea. Nggak perlu nambah. O ya, ada tambahan tax & service sebesar 21%.



ADE-licious-o-meter:
Taste: 9 of 10
Food Presentation: 9 of 10
Service: 9 of 10
Hygienic Level: 9 of 10

0 comments:

Warung Laota


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Chinese
Location:Jl. Raya Kuta No. 530, Tuban, Bali. Telp: (0361) 7429068
Salah satu tempat pilihan makan di area Kuta, Bali, yang buka 24 jam. Sering menjadi pilihan tempat breakfast saya & Brutus karena sarapan bubur selalu menyenangkan. Apalagi kalau citarasa bubur-nya sangat authentic. Yummm!

Warung Laota ini tidak terlalu mencolok sign board-nya, agak ‘tenggelam’ di antara deretan sign board lainnya. Maka, perlambatlah laju kendaraan Anda jika tulisan “Nasi Pecel Ibu Tinuk”, “apotek Kimia Farma”, dan “Mini Mart” sudah terbaca. Itu tandanya, Anda sudah dekat sekali. Bubur dimasak di depan; dan Anda akan disajikan pemandangan berupa ikan, udang, kodok dan kepiting yang masih hidup di dalam aquarium sebelum nantinya bisa kita pilih untuk dimasak.

Di dalam, ruangan ber-AC dan smoking area. Dengan pemandangan beragam foto-foto menu makanan yang telah dibingkai, dan beberapa foto sang pemilik bersama ikan berukuran gigantik, hasil tangkapannya. Dan inilah review saya…

Bubur Sampan [jellyfish, sliced beef & garoupa fish] (28K)
Dengan isi irisan ubur-ubur, daging sapi dan ikan kerapu dalam jumlah yang banyak, Bubur Sampan ini menjadi menu yang paling sering kami order. Tekstur buburnya halus dengan tingkat kekentalan sedang; khas bubur masakan Cina pada umumnya. Disajikan dengan taburan kacang tanah goreng, irisan daun bawang memanjang, lantas diberi condiment irisan cabai merah, daun bawang dan kecap asin. Saya sendiri selalu memilih untuk meminta condiment berupa sambal merah yang teksturnya oily dengan cita rasa yang pedas sekali. Nyam! Ultra recommended. O ya, porsinya besar lho. Kalau dituang di mangkuk kecil, bisa jadi 4-5 mangkuk.

Baby Buncis Tumis Bawang Putih (25.5K)
Untuk sayuran, inilah yang paling sering kami pesan. Baby buncis ini bentuknya kurus panjang, dan dimasaknya tidak pernah over-cooked, jadi gigitannya pun masih renyah. Bawang putih cincangnya banyak banget, tapi belum membuat saya mampu mengusir drakula. Sedikit saus tiram di campuran bumbunya juga membantu menetralisir nuansa bawang putih. Balance. Well recommended.

Telur Pitan (8K)
Jangan lupa pesan telur pitan untuk menemani bubur pilihan Anda. Apalagi sebelum disajikan, telur yang dibelah menjadi 4 potong ini selalu disirami minyak wijen terlebih dahulu. Yummm! Kami kadang juga memesan cakwe (sayang, saya lupa mencatat berapa harganya) yang disajikan setelah digoreng kering. Crispy banget… Enak!

Harga minuman; Aqua 4K dan Chinese Tea 12K. Tanpa pajak.
O ya. Yang saya tidak rekomendasikan adalah Bubur Cumi-nya. Somehow, cumi memang tidak mengandung kaldu yang mampu menambah tingkat kenikmatan semangkuk bubur. Jadi sama sekali nggak spesial. Malahan, cumi-nya jadi alot.



ADE-licious-o-meter:
Taste: 9 of 10
Food Presentation: 7 of 10
Service: 7 of 10
Hygienic Level: 8 of 10

0 comments:

Rendang Pakis Kerang


Rating:★★★★★
Category:Other
Shelly is Brutus’ sister-in-law. Dan adalah sang Ibunda yang membuatkan masakan ini; Rendang Pakis Kerang. Damn! Namanya saja sudah membuat hati saya berdesir. This has gotta be something ass kickin’! Dan ketika akhirnya sebungkus kecil Rendang Pakis Kerang ini datang diantar oleh Shelly & da Rano, mata saya sudah mendelik girang. Dari luar plastik, terlihat warna hijau tua pekat dengan minyak berwarna sama - seperti halnya pada Gulai Itiak Lado Ijo yang sering saya beli di Uni Upik, di bilangan Senen.

Daun pakis yang dimasak dalam proses lama dalam balutan bumbu yang melimpah, membuatnya nyaris tak kentara seperti pakis lagi. Rasanya nyaris tidak ada bedanya dengan daging sapi. Bedanya, teksturnya jauh lebih lembut dan rasanya juga jauh lebih enak!! Ada sedikit sentuhan yang serupa dengan tekstur hati sapi (bayangkan yang sudah direbus dengan campuran susu sapi!), lembut dan agak nutty. Hadirnya beberapa buah kerang darah, walaupun terasa lebih seperti tambahan iseng belaka, cukup serasi karena masih nyambung dari segi rasa. Medio gurih, nyaris tidak pedas, sangaaaaaaaaaaat kaya bumbu tapi somehow tidak memuakkan. Cobalah mengulumnya sedikit lebih lama di mulut. Semuanya seperti meleleh perlahan dan memberikan sensasi gila-gilaan di setiap pori lidah. Adiktif.

Uh. Rasanya ini jadi salah satu tulisan tersulit. Makanan ini terlalu enak untuk diungkapkan melalui rangkaian kalimat. Siapa pun yang menuliskannya. Saya sedang menantikan kiriman berikutnya. Walaupun dampaknya sudah amat sangat jelas; kenaikan porsi nasi! O ya, info tambahan: ini adalah jenis makanan yang sulit sekali untuk dimakan tanpa “teman”. Bisa saja, sebenarnya. Toh, tidak terlalu gurih. Tapi godaannya terlalu kuat untuk tidak menambahkan nasi dan mengaduknya sedemikian rupa hingga tercampur dengan baik, dan lantas menyuapkan ke mulut. Yummm! Info lainnya; menurut Shelly, ini adalah masakan Aceh. Saya sendiri baru dengar menu ini. Barusan nyoba googling tapi tanpa hasil.

Last but not last… Kalau ada ganja, nggak usah dibakar. Stinks so bad. Mendingan dimasukkan saja ke masakan ini. Bisa jadi, itu salah satu faktor yang membuat rasanya jauh lebih enak. Setidaknya, saya percaya itu. Wih, Mama Shelly, I salute you. Kudos!




ADE-licious-o-meter:
Taste: 10 of 10
Food Presentation: 3 of 10

0 comments:

Arroser by Chris Waas


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Jl. Hang Tuah Raya No. 7, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Telp: (021) 68794989 / 0818197192
Bayangkan Anda keluar dari Plaza Senayan melalui Jl. Asia Afrika. Kalau belok kiri, Anda akan menuju Jl. Jenderal Sudirman, melewati Ratu Plaza. No, no, no. Not that way. Belok kanan saja. Mengikuti jalan yang membelok ke kiri… Melewati salon Hanky Tandayu, lantas sekitar 100 meter setelahnya, juga di sebelah kiri, ada sebuah salon di mana Arroser mengambil lokasi yang sama. Berhentilah sejenak. Baca menu yang tercantum, dan… pesan.

Nama Chris Waas tercatat di benak saya semenjak beliau membintangi iklan sebuah merk kecap manis. Tapi saya baru tahu jika beliau memiliki usaha restoran sendiri sejak Brutus memberitahukan kepada saya. Brutus sendiri, mengetahui keberadaan Arroser ini dari seorang temannya yang, uhm, sebenarnya – menurut saya, sangat tidak layak dipercaya. Ha! Tapi, ternyata, kali ini, si teman sedang jujur. Mungkin karena menyangkut makanan…

Tempat dengan suasana clean, terbagi dalam dua area; indoor dan outdoor. Masing-masing menyediakan sekitar 5 meja dengan 4 kursi. Saya memilih indoor, karena selain adem, ternyata juga smoking area. Yihaa! Dan inilah yang kami pesan;

Roasted Beef with Mashed Potato (35K)
Irisan daging tipis yang lembut, berlapis lemak yang tipis dan tidak mengganggu sama sekali. Bahkan cenderung memberikan tambahan rasa meaty yang khas, apalagi setelah berpadu dengan mushroom sauce yang enak. Tingkat kekentalan sauce-nya tepat. Tidak terlalu kental seperti lem, atau justru terlalu cair seperti kuah clear soup. Taste-nya juga baik, dengan irisan jamur champignon yang generous. Stewed carrot dan coleslaw salad-nya enak. Bukan istimewa, memang. Tapi menambah warna yang membuat penampilan makanan ini menjadi lebih cantik. Sementara 2 scoop mashed potato-nya, meminjam istilah dari milis JalanSutra, patoet dipoedjiken. Lembut, creamy, tapi tidak magtig (uh, do I spell it right?). Porsi yang mengenyangkan. Worth the price!.

Mushroom Cream Soup (12K)
Tingkat kekentalan: setingkat di bawah kekentalan cream soup pada umumnya. Taste: setingkat di atas kelezatan mushroom cream soup pada umumnya!

Linguine Bolognaise (25K)
Tidak istimewa sama sekali. Saya berharap ada aroma oregano. Tapi ternyata, nyaris nihil. Biarpun minced beef terlihat bertebaran di sana sini, oh well, this one is not recommended. Nampaknya banyak menu lain yang lebih layak untuk dipesan.

Karena baru kunjungan pertama, baru 3 menu tersebut di atas yang berhasil saya cicipi. Tapi, konon, Nasi Ayam Hainan di sini juga superb. Sayangnya, nggak semua orang berhasil menikmati menu ini karena Arroser hanya membuat menu ini 2 porsi sehari. Demi menjaga mutu, demikian jelas seorang waiter yang ramah. Sementara, membaca list menu, saya sendiri sudah membuat list “Kapan-Kapan” di tempat ini, yaitu: Nasi Goreng Cakalang (15K), Nasi Goreng Sambal Roa (15K) [oh, I always love sambal roa!!!], Pochay Garlic (10K) [pretty cheap, huh?], Breaded John Dorry with Tartar Sauce (28K), dan Crepe Suzette a la Mode (15K).

O ya. Ternyata, Arroser ini juga terdapat di foodcourt Mal Ambasador, Kuningan.



ADE-licious-o-meter:
Taste: 9 of 10
Food Presentation: 8 of 10
Service: 9 of 10
Hygienic Level: 9 of 10

0 comments:

R.M. Purbasari


Rating:★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Jl. Raya Cipacing Km. 20, Rancaekek, Jatinangor, Sumedang. Telp: (022) 7798862
Setiap kali hendak mengunjungi gudang di Rancaekek, R.M. Purbasari ini menjadi tempat makan tetap kami – saya dan Brutus. Bukan berarti tempat ini adalah satu-satunya rumah makan enak di sepanjang jalan Cipacing menuju gudang. Tapi, entah kenapa, selalu saja berhenti untuk makan pasti di sini.

Begitu datang, memilih meja, waiter akan langsung mengantar setumpuk aneka masakan khas Sunda. Gorengan jeroan (usus, limpa, babat, paru, otak) sapi, tahu-tempe goreng, aneka oseng jamur (mulai dari jamur kuping, jamur merang, hingga jamur tiram putih), hati sapi masak pedas, oseng oncom, dan sebagainya. Nasi putih sebakul, dan lalap sambal.

Karena bukan penggemar masakan Sunda, maka setiap kali ke sini biasanya saya hanya mengambil otak sapi goreng, dan beberapa pilihan oseng jamur. Sesekali saya menyicipi gorengan jeroan yang lain. Tapi, karena rasanya yang cenderung manis – karena sebelum digoreng telah dibumbui terlebih dahulu – saya kurang suka. Kalau otak sapi gorengnya, hanya dibalut telur kocok. So, it still taste good lah, menurut saya. Sambalnya juga sebenarnya enak, kalau saja mereka tahan untuk tidak membubuhi sedikit gula di dalamnya. Komposisi cabe, tomat dan terasinya sebenarnya sudah pas. Tidak terlalu pedas, terasinya tidak terlalu menyengat, dan tomatnya tidak membuat terlalu basah. Sayang saja, manis. Huh. Lantas, oseng jamurnya. Ada pula rasa manis yang tipis di belakangnya. Duh. Tempe gorengnya, tentu saja tidak manis. Tapi terlalu garing. Saya lebih suka tempe yang digoreng tidak sampai kering.

Ya, sebenarnya masakan di sini enak kok – secara umum. Kalau saya terlihat agak mengeluh, itu lebih dikarenakan citarasanya yang agak sedikit manis. Selain itu, sayangnya, tempat ini tidak pernah menyediakan masakan yang hangat. Semuanya adem. Ayem.

Contekan dari bon tagihan: Nasi (3.5K per-pax), ayam goreng (10K), usus goreng (8K), otak sapi goreng (8K), tempe goreng (0.5K), oseng jamur (6K), lalap sambal (2K). Harga belum termasuk PPN 10%. Bukan harga yang murah juga sebenarnya, biarpun juga tidak bisa dibilang mahal. Ah, next time, saya coba ajak Brutus nyobain ke tempat makan lain aja deh.



ADE-licious-o-meter:
Taste: 5 of 10
Food Presentation: 5 of 10
Service: 6 of 10
Hygienic Level: 6 of 10

2 comments:

Appearances