QB Worlds Cafe Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Pondok Indah, Jakarta Selatan
Melirik agak jauh ke belakang, kebiasaan saya dan teman2 rutin
hadir di tempat ini dahulu ialah karena acara movie screening yang rutin mereka lakukan tiap hari Sabtu malam (dan sekarang plus Minggu malam). Namun setelah kian sibuknya kami, dan arus informasi yang kurang memadai dari pengelola, maka kegiatan ini pun berangsur saya lupakan...

Cafe di QB PI ini walaupun tidak seluas cafe umumnya, namun tempatnya cukup nyaman karena berada di lingkungan toko buku yang sepi dan anggun. Sangat sering pula saya mendengar dari teman2 saya dan melihat sendiri kalau mereka suka berkumpul disini untuk membicarakan masalah bisnis, konsultasi, bertemu klien, menggodok ide, atau bahkan dari rumah bawa notebook, pesen kopi trus... mengerjakan side-job! Memang atmosfir nya cocok sekali sih!

Kali kemarin, disela-sela perbincangan dengan beberapa teman, saya meneguk jus alpukat [12K] yang awalnya terasa tipis... tapi semakin mendekati penghabisan semakin terasa berat dan creamy... Ketika waktu makan siang tiba, teman saya meminta pramusaji untuk membawakan kami daftar menu yang bentuknya menyerupai drawing board itu...

Dari sekian banyak pilihan menu, akhirnya saya memilih beef fettucini with creamy cheese fillings [25K] yang terdengar cukup 'wah' dan menguggah selera.

Sayangnya waktu datang, menu ini hadir dalam porsi yang... hmm... mungil... can hardly satisfy my appetite and lust for creamy pasta... Untungnya, spaghetti bolognaise pesanan teman saya ternyata hadir
dalam porsi lumayan besar dan saya kebagian sumbangsihnya karena dianggap terlalu banyak untuk porsi dia, lumayan untuk nambah kenyang =P.

Sewaktu dicicipi, gumpalan pasta berwarna putih susu ini memang memiliki rasa yang lumayan berat dan creamy, dipadu dengan irisan jamur kancing dan beef bacon, makanya mungkin, chef memilih untuk menghadirkan hidangan ini dalam porsi tak terlalu banyak... Well.. hidangan ini sendiri bisa terasa cukup mengenyangkan jika dinikmati dengan tidak terburu2 dan santai... =)

Spaghetti Bolognaise nya sendiri menurut saya karakter rasa pasta tomatnya masih terlalu lemah, sehingga menu ini terlalu cepat membuat kenyang, tanpa memberikan cukup sensasi untuk memuaskan kepenasaran rasa...

On overall, still worthed, tapi porsi2 harusnya lebih generous.

0 comments:

Mad Dogs Jakarta - Review

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Kompleks Komersial Cilandak, Jakarta
Ternyata Manager dan Chef nya Mad Dogs tu jebolan Planet Hollywood, makanya ngga heran kalau most of their food is good!

Setelah berminggu-minggu jadi regular visitor di ruangan meeting mereka, akhirnya (almost) all menu utama mereka udah kecobain =).

And after considering for a while, I think my fave choice there is... Nasi Goreng!

Dengan harga cuma 26K, menu ini termasuk menu termurah yang ditawarkan di Mad Dogs. Namun demikian, bukan sekedar murmer... Nasi goreng yang berisi potongan daging ayam, baso, dll. ini hadir dalam porsi besar, nyaris gigantik. Sebagai pendampingnya ada tiga potong chiken wings yang digoreng garing, dua tusuk sate ayam, telur ceplok, plus regular items such as kerupuk udang and acar.

Second fave... Sop Buntut!

Daging buntut nya dimasak empuk, porsinya juga besar, dan bumbu2nya ngga aneh-aneh tapi cukup meresap dan enak. Sedikit inkonsistensi ialah kadang daging buntutnya kurang bumbu, dan kuahnya terlalu asin, but on overall, it's good!. Harga sekitar 45K untuk semangkuk besar kuah, nasi, plus tiga potong besar buntut (atau lima potong kecil2).

Menu2 lain semacam Sizzling Fajitas (Chick/Beef - 45K), Norwegian Salmon (66K), Steak (85K), Fish n' Chips (40K), Bulldog Choice (Steak n' Kidney Pie - 45K), Lasagna (35K), Spaghetti Bolognaise (35K), Chow Mein (Mie Goreng - 30K), Tom Yam (40K), Bangers n' Mash (Sausages - 40K), dapet perhatian serius dan also considered good (all in "hearty" portion).

Ada menu2 sandwiches dan baby back ribs (pork - 90/120K), plus salads yang rata2 with pork yang belon/nggak saya coba, jadi no comment.

Lainnya ada Apple Pie (18K) yang jadi rebutan, trus Sundae (??K) with kacang kenari dan choco syrup yang aduhai, juga aneka jus (bottled) serta kopi2an.

Lucunya, walau formatnya "bar" (booze, girls, pool tables, big projector TV with regular English sports show), tapi selain dari businessman, bule2 bermotor Harley, sport fans yang rame dateng waktu malem, di siang harinya (terutama weekend) banyak juga yang bawa isteri dan anak-anaknya kesini... kontras abiss...

One last thing... the worst menu that they serve is... Nasi Rendang (24K), bule manager with eastern java chef is not a magical combination for rendang, so stay away from this one.

4 comments:

Bistro Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: French
Location:Plaza Senayan, Jakarta
Waktu klub nulis gw suka meeting disini (2004), mereka punya satu sisi ruangan yang terpisah, dimana didalemnya bisa jadi conference room (atau ngapain keq terserah). Kenapa bisa gitu? Soalnya dari luar kedalem gelap, sementara dari dalem kita bisa puas ngeliatin orang laen (stalking? he he), atau ngetawain temen sendiri yang nyasar celingukan nyari ini ruangan.

Menu hidangan utama adalah menu-menu grills nya. Boss gw yang kl ga salah mantan restauranter bilang kl menu spesial disini adalah Sop Buntut (!), dan Creme Brulee. Creme Brulee ini adalah dessert sejenis Sarikaya tapi dipanggang dan nuansa rasanya karamel.

Grill nya cukup enak-enak, rada sukses gitu lho, untuk harga yang sedeng (40K up). Disini juga ada escargot yang hadir 12 pieces dengan tampilan yang sopan, nggak pake cangkang lagi.

Denger-denger tempat ini langganan beberapa artis juga, tapi emang beberapa kali kesana ada muka-muka familiar, ngobrol sama rekannya yang bawa laptop (rata-rata). So mungkin mereka lagi ngebahas game Solitaire nya Windows, atau gimana cara ngerubah registry Windows XP.....

Eh ga mungkin banget ya?

0 comments:

The Olive Tree Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Nikko Hotel, Jakarta

Di restoran ini terdapat dua pilihan menu; ala carte, dan buffet. Rekan kantor, Faida suggest kita ngambil yang buffet karena ada menu favorit dia; Oyster (tiram). A ha! Lagi-lagi perkenalan pertama saya sama makanan baru...

Sebelumnya saya dah banyak baca kalau udah doyan makanan satu ini, orang bisa jadi kecanduan... but well... harus dicoba dulu kan?

Saudara dekat kerang ijo ini semalem hadir dalam ukuran yang tidak terlalu besar, per cangkang nya kira-kira berukuran 1/4 - 1/3 telapak tangan remaja (tangan saya =D). Soal kesegaran, tentu saja tidak fresh from the sea, karena sebagaimana udang dan kerang hijau yang hadir juga malam itu, mereka sudah nginap beberapa waktu di freezer.

Soal rasanya... cukup anyir... kebetulan seruputan pertama atas moluska ini saya lakukan plain, tanpa jeruk, tanpa tabasco, biar tahu dulu rasa aslinya gimana. Selain anyir, ada rasa asin yang cukup kentara, dan lalu sedikit rasa gurih yang khas, mirip dengan rasa gurih kerang darah rebus. It's okay... saya belum nemu reason buat jadi ketagihan, dan keliatannya masih perlu waktu untuk bisa acquire the taste to really enjoy it. Tapi perkenalan pertama ini... yah, it's okay... yang pasti saya ngerasa lebih seger pagi udahnya =)

Hidangan lainnya, selain tiga macam seafood tadi, salad seafood nya enak, salad ayam nya juga, lalu ada cheese platter dengan tiga macam keju; muda (lembek, lembut), sedang, dan tua (agak keras), braised beef with black pepper sauce, nasi goreng dan aneka rekannya: asinan, kwetiau goreng (dimasak by order), dan shabu-shabu (dimasak by order juga), untuk dessert ada aneka ragam buah potong, kue2an termasuk Creme Brulee, es krim, dan sagu melon.

Buffet ini dihargai Rp 109.000 ++, belum termasuk minuman. Menu-menu ala carte sekilas saya lihat berkisar antara 30K - 90K. Dari segi rasa; quite good, quality; quite good, pilihan; kurang. Reccomended buat Oyster lover, walau harus rela nunggu lama buat plate nya di refill =)

7 comments:

Ayam Goreng Pemuda Jakarta - Review

Rating:★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jl. Surabaya, Jakarta
Waktu itu mampir ke Ayam Goreng Pemuda di jalan Surabaya, abis nengok boss yang sakit di RS Cikini. Di jalan kita ngelewatin RS Oasis yang ngetop sama Rijstaffel nya, trus Warung Podjok, dan sempet juga kepikiran mau belok ke Megaria buat Ayam Bakarnya, tapi lupa... ingetnya cuma ada Chinese Food doang.

Ayam Pemuda agak sulit parkirnya, paling mungkin ya di jajaran penjual barang2 antik, karena parkir dalem cuma muat empat mobilan. Tempat duduknya sendiri banyak dan sistem share meja. Nggak ada AC, cuma Angin Cuek ama kipas2 gede di langit-langit, jadi siap2 kepanasan.

Hidangan cuma berkisar antara ayam2an (paha, dada, kepala, ati ampela, dll.) tanpa ada variasi yang rada unik, bahkan tempe-tahu aja nggak ada. Lalab sama sambal mesen terpisah, dua menu spesial kayaknya cuma Udang dan Cumi (15K).

Ayamnya sendiri terlihat cukup memprihatinkan... kelihatannya ayam kampung dan masih balita. Bumbunya sih oke, meresap dan cukup memuaskan lah, walau nggak istimewa juga. Tekstur dagingnya empuk padat, digoreng kering sampai beberapa bagian tulangnya pun bisa dikunyah lembut. Sebagai teman standar dari ayam ini adalah sepiring kecil sambel kecap dicampur irisan bawang merah segar dengan porsi yang cukup. Sedangkan di piring nasi teman makannya ialah sepotong mentimun mentah tanpa biji, dan seiris jeruk nipis.... Kenapa gitu ya?

Sayur Asem nya sih oke, cukup enak dan "ledok". Waktu servis lumayan cepat, cuma porsi ayamnya itu yang ngga nahan, imut...

0 comments:

Bebek Jawa Bandung - Review

Rating:★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jl. Jawa, Bandung
Akhirnya waktu ke Bandung kemaren me and fam sempet nyobain "Bebek Jawa", yang beralamat (tentu saja) di Jl. Jawa, tepatnya di seberang SMPN 5 Bdg.

Dari cara penyajian, bebek ini disajikan ala "pecel", yang maksudnya sebagaimana biasanya disajikan di warung2 pecel lele di seantero Bandung dan Jakarta.

Rasanya cukup enak, dan cukup empuk. Bebeknya digoreng di minyak jelantah yang sudah menghitam, dan disajikan dengan sambel yang manis pedas gurih, yang kelihatannya jadi andalan dari warung ini.

Harga untuk makan malam itu adalah 14 ribu rupiah, untuk tiga potong bebek, dua porsi nasi putih, plus satu teh botol.

Cukup memuaskan, namun untuk perbandingan, saya dan adik merasa kalau bebek goreng dekat kost dia di Jl. Cemara masih lebih enak! Daging bebeknya lebih empuk, bumbu lebih meresap, dan sambelnya pun sama2 oke.

Plus kadang suka ada jeroan bebek (ati ampela, usus), yang rasanya cukup menarik juga.

Ada yang mau nyoba?

0 comments:

Empal Gentong Lapangan Ros Jakarta - Review

Rating:★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Lapangan Ros, Tebet, Jakarta
Lokasinya deket rel kereta api Tebet dari arah Saharjo, pas didepan SPBU. Kalo dan ngeliat resto Wong Solo, siap2 menepi... Tempatnya kecil, cukup nyempil, tapi cukup rapi dan bersih juga.

Menu untuk saat ini cuma ada Empal Gentong. Seporsinya delapan rebu rupiah udah termasuk nasi. Secara umum... cukup enak. Kuah santan kuningnya cukup mantap, walau nuansa msg nya juga cukup kenceng. Kalau secara komparatif... blank... ini Empal Gentong pertama yang saya makan secara "conscious", karena biasanya kalau nemu EG di pesta2, it came and go coment-less ly.

Daging2nya empuk dan ngga sulit buat dikunyah. Porsi sedeng; semangkuk EG di tempat ini isinya daging dan babat putih dengan jumlah yang lumayan. Cukup kenyang untuk perut normal, sedangkan untuk pejajan kelas berat keliatannya bakalan butuh lebih dari satu mangkuk.

Buat yang veteran Empal Gentong, ada rekomendasi tempat laen?

7 comments:

Dutch Family Restaurant Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: European
Location:Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan
Awalnya ialah ketika berkali-kali dalam beberapa minggu ini saya harus melewati jalan Ahmad Dahlan. Jalan yang merupakan jalan wajib dari metromini jurusan Blok M - Lebak Bulus ini, merupakan salahsatu tempat yang dianggap strategis untuk bisnis, terutama bisnis restoran.

Berbagai restoran kelas menengah hadir di daerah ini, diantaranya Bakmi Japos, Red Ginger, Tomodachi, dan juga beberapa waserba dan toko kue. Dan salahsatu yang terbaru yang cukup menohok mata ialah restoran ini: Dutch Family Restaurant. Untuk perbandingan, beberapa restoran yang berani menampilkan menu hidangan khas Belanda umumnya adalah restoran kelas "atas keatas" (sangat mahal), misalnya "Golden Memories" di Kemang sono, sedangkan restoran ini memakai tagline "Halal, Enak, Murah".

Karena penasaran maka akhirnya saya, Mayang dan Lia menyempatkan diri untuk mencoba restoran ini. Begitu datang, karena waktu itu ialah akhir minggu, maka tempat parkir cukup sulit. Hal ini cukup kontras
dibandingkan restoran-restoran sebelahnya yang kelihatan sepi pengunjung. Ini merupakan suatu pertanda baik karena banyaknya pengunjung secara tak langsung mencerminkan sesuainya rasa dengan selera pasar.

Sewaktu kami hendak masuk pun ternyata hanya tersedia beberapa meja kosong saja, dan kamipun bergegas menempati satu meja yang tidak terlalu strategis, namun kosong. Pelayanpun segera datang dan menghampiri kami dengan menu standar di kertas A4, yang sekaligus merupakan form pemesanan. Selain itu, ada juga beberapa menu spesial yang ditawarkan di menu terpisah, diantaranya Ikan kukus, dua macam Steak Sapi, dan Iga Sapi.

Harga yang ditawarkan memang murah, karena umumnya berkisar dibawah Rp. 10.000, namun porsinya pun memang bukan porsi makan kenyang. Untuk menu khas Belanda pun ternyata banyaknya dari kelas snack, diantaranya Bitterballen (9K/3pieces), Kroket dan Risoles (9K/piece).

Untuk makanan berat, sayangnya Ikan Kukus sudah habis, jadi cuma ada pilihan steak (27K something), Ribs (regular - 27K, special - 47K), beberapa menu Indonesian, sandwich, dan beragam side orders.

Untuk dua macem main courses (@15K), sandwich tuna ala HEMA (9K), bitterballen (9K), kroket (9K), kentang goreng w/ Belgian mayo, panekuk w. Maple syrup, Poffertjes, dua lemonade strawberry, teh kita, aqua, kita ngabisin sekitar 90 ribu bertiga, no tax (already included?), no tips, dan perut yang kenyang banget karena rata2 yang dimakan karbohidrat.

Dari segi rasa: cukup enak, walau nggak spesial tapi oke deh. Walau pilihan menu cukup beragam, tapi jangan berharap nemu hidangan-hidangan yang terlalu eksotik disini. Ditambah faktor harga yang cukup murah, tempat yang strategis, dan interior yang cukup nyaman, jadinya tempat ini termasuk acceptable. Lia ngasi point 7 buat overall performance, dan saya juga setuju.

5 comments:

Warung Cepot Bandung - Review


Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Pasirkaliki, Bandung
Niat kami kesini ialah biar saya bisa bandingin Te-O (Tutug Oncom) ditempat ini ama Te-O buatan Cikajang (mom's). Namun ternyata yang dicari sudah hilang dari daftar menu, jadinya kita kepaksa nyari alternatif lain yang sekiranya nggak repot dibikinnya, biar tetep bisa sinkron ama schedule. Dari beragam pilihan yang ada, ternyata rata-rata diberi nama yang unik dan nyeleneh misalnya: Gurame Kabeuleum (Gurame terbakar), Sate Udang Ngarengkol (Sate Udang meringkuk), dan Nasi Raramean (Nasi keramaian). Agaknya hal ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan maskot restoran yang kalau dalam pewayangan Sunda dikenal sebagai tokoh paling kocak.

Dari pilihan menu paket, akhirnya kita memesan dua macam menu; Paket nasi plus ayam, tahu-tempe, lalab, dan sambal terasi, sedangkan satunya lagi mirip, hanya saja ayamnya diganti oleh Gepuk Ny. ng, plus satu mangkuk Sayur Asem. Kedua-duanya dihargai sama; 15 ribu rupiah saja. Untuk paket Ayam ada beberapa pilihan menu ayam, namun Ade dan Agung tertarik dengan "Ayam Pejet Hejo"nya (Ayam gepeng hijau): ayam goreng yang dikepruk lalu dibumbui cabe hijau. Sebagai tambahan, Ida memesan juga Sambal Gandaria.

Mungkin karena kami dah kelaparan berat, rasanya makanan datang agak lama, padahal kalau melihat jam hanya sekitar 15 menitan. Sebagai penganan disediakan kerupuk aron (nasi) yang saya asumsikan gratisan.

Paket Nasi Gepuk datang duluan dengan porsi nasi sedang, dan sekeping gepuk Ny.Ong yang lezat. Dah lama sekali rasanya gak makan Gepuk, karena seringnya kalau di Jakarta nemunya Empal. Sambal yang disajikan juga rasanya enak, dan tidak sepedas sambal sadis RM Ampera.

Paket Ayam datang menyusul, ayamnya diletakkan terpisah di tampah bambu dalam wujud potongan dada ayam goreng yang dihancurkan dengan dikepruk, dilumuri saus bening dan potongan kasar cabai hijau. Cabai hijau yang dipakai ternyata hanya memberikan rasa hangat saja, bukan pedas yang menyengat. Hal ini memberikan sedikit "ketegasan" pada saus bening yang rasanya gurih dan cenderung manis. Walhasil setelah paket gepuk saya habis, dengan gembira saya bantu ngabisin porsi Ade yang cuma abis setengah karena keburu kenyang. Hidangan ini pun lalu saya habiskan sampai ke irisan cabai terakhir. Sambal Gandaria yang Ida pesan datang dengan potongan kasar Gandaria yang rasanya masam segar.

Secara keseluruhan, makanan yang kami pesan ternyata sama sekali tidak mengecewakan, Ade yang selera makannya rada selektifpun cukup merasa puas. Ayam Pejet Hejo nya unik, dan kelihatannya perlu ada kunjungan berikutnya buat menjajal menu-menu unik lainnya. Next time we're in Bandung perhaps. Anyone?

0 comments:

Choice Pizza Jakarta - Review

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Pizza
Location:Mal Puri Indah, Jakarta
Hari Jum'at lalu Ade dan saya mengunjungi satu restoran Pizza di kawasan Mal Puri Indah, Jakarta Barat. Awalnya kami mencari Pizza Hut, namun karena masih asing di Mal yang satu ini maka kami tersesat ke Food Court di lantai dua.

Choice Pizza ini letaknya kurang lebih bersebelahan dengan gerai Hoka-hoka Bento. Awalnya kami tertarik untuk singgah sekedar karena tempatnya terlihat menarik, dan harga-harga yang dipasang cukup murah.

Choice Pizza memiliki tujuhbelas macam pizza, dan setelah kami duduk di kursi melingkar di area non-smoking, baru kami tahu kalau ternyata pizzanya dimasak dengan kayu bakar. Tungkunya bisa dilihat di bagian belakang ruangan.

Pizzanya berukuran sedang, dengan harga antara 12K hingga 30K, dan rata-rata 20K. Dilihat dari menu, variasi veggienya cukup menarik; ada Capsicum, Spanish Onion, sun-dried tomato, Arthicokes, Eggplant, Jalapenos, Shallots, dan beans...interesting. Pizza nya Italian style, dalam artian bukan pake roti tebal macam Pizza Hut, sementara pilihan topping nya beragam mulai dari ala Italian, Indian, Mexican, hingga Asian.

Selain pizza, terdapat beragam hidangan lainnya mulai dari appetizer, salad, dan pasta. Untuk menu-menu pasta, bisa dipilih untuk dimasak dengan spaghetti, fusilli, atau fettucini.

Sebagai perkenalan, Ade memilih "Capriciosa"(20K), dengan topping mozarella cheese, smoked beef ham, mushroom, olives, dan achovies, dan saus tomat spesial Choice Pizza. Sedangkan untuk appetizer kita memilih Beef Nachos (20K), dengan saus guacamole dan sour cream.

Beef Nachos hadir terdahulu dalam piring keramik berukuran sedang yang masih panas! Daging cincang saus tomat nya cukup banyak, cukup gurih, cocok untuk dimakan dengan guacamole dan sour cream yang tersaji sebagai pendamping.

Capriciosa hadir dalam loyang berukuran sedang (~20cm) yang terbagi menjadi enam slices, cukup mengenyangkan untuk makan berdua dengan tingkat lapar normal. Rotinya tipis dan cukup kenyal, toppingnya generous dengan lapisan mozarella yang cukup tebal dan berminyak. Begitu digigit, langsung terasa saus pizza yang gurih, dengan aroma anchovies yang cukup menyengat, magnifico!

Choice Pizza memiliki gaya interior yang simple dengan warna-warna yang cerah. Untuk pilihan tempat duduk, terdapat bangku2 dan meja segi empat di daerah tengah, dan sofa-sofa melingkar di bagian samping ruangan.

Pelayanan ramah dan cukup baik, juga cukup cepat. Pizza nya dibuat dalam waktu yang agak lebih lama dibanding Pizza Hut, tapi masih dalam kisaran waktu yang reasonable.

Untuk satu pizza, satu nachos, satu ice coffee mocha, dua coke, plus 10% tax, kita cuma ngeluarin sekitar 70K. Cukup murah kan?

Menilik pilihan menu, harga, porsi, rasa, dan kualitas, saya jadi ingat "Piccolino" di Bintaro Plaza yang sudah mendiang... Dan sayangnya juga, sama seperti Piccolino, tempatnya jauh bgt dari rumah...

Reccomended! Terutama buat yang bosan sama American style pizza.

Pros: enak, cukup murah, pilihan menu beragam
Cons: lokasi

Menu:

Pizza: Atlantic(19.9K), Hawaiian(19.9K), Napolitana(19.9K), Margarita(11.9K), Mexican Beef(19.9K), Mexican Chicken(19.9K), Florence(19.9K), Milan(22.9K), Mexicana(19.9K), Seafood Delight(29.9K), Super Supreme(25K), Americana(19.9K), Tandory Chicken(21K), Chicken Teriyaki(19.9K), Tex Mex(21.9K), Vegetarian Tex Mex(19.9K), dan Tropical BBQ Chicken(19.9K).

Starter: French Fries (7.9K), Wedges(9.9K), Garlic Bread(7.5K), Beef Nachos(19.9K), Beans Nachos(18.9K), Spicy Wings(9.9K), Tortila
Chips(8.9), Soup of the day(9.9K).

Pasta: Spaghetti Bolognaise(16.9K), Fettucini Carbonara(23.9K), Spaghetti Chilli Calamari(23.9K), Spaghetti Marinara(29.9K), Spaghetti
ala Tuna(22.9K), Spaghetti Chilli Chicken(22.9K), Fusilli ala Fungi(21.9K), Spaghetti ala Sweet & Sour(22.9K), Spaghetti ala Black Bean(22.9K), Lasagna(15.5K)

Choice Pizza
Mal Puri Indah lt.2
Jl. Puri Agung Puri Indah
Jakbar
(021) 582 2431
(021) 582 2413

0 comments:

Warung Tauto Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Depan PSPT, Tebet
Tauto adalah soto khas daerah Pekalongan. Kenapa namanya "Tauto" bukannya "Soto Pekalongan"? Itu saya duga karena kandungan Tauco pada masakan ini yang membuat orang Pekalongan lalu mengambil elemen kata "Tauco" untuk di tambahkan pada kata "Soto" menjadi "Tauto". Cukup masuk akal?... Kata ini sendiri sebenarnya dulu agak sulit saya cerna, karena pikiran saya jadi melayang ke ras "Teuton" yang mangkal di Eropa sana... atau ke "Kuntao" nya China...

Tapi sebenernya pilihan nama "Tauto" sudah pas banget... karena "So Tau" akan kurang sedap terdengar untuk nama makanan.

Aslinya Tauto ini dibuat dengan daging kerbau. Sekarang sudah ada variant Tauto daging ayam, tapi Tauto yang dijual di warung ini dagingnya daging merah. Mungkin kerbau, tapi nggak tau juga... nggak apal sih rasa daging kebo...

Satu mangkuk Tauto beserta nasi dihargai 8000 rupiah. Mangkuknya imut jadi cukup membuat hati nelagnsa ketika makanan dimaksud tersaji... Tapi rasanya memang "wow".... Kuah Tauto ini kental berwarna kecoklatan dengan wangi khas tauco, rasanya gurih dengan sedikit masam, irisan bawang daunnya membuat segar, lalu dagingnya empuk dan bumbunya meresap. Waktu kuah Tautonya tinggal setengah, si bapak penjual menawarkan tambahan kuah yang tentu saja saya sambut gembira.... ekstra nikmat...

Teman makan Tauto ini adalah beragam macam gorengan yang disajikan dalam wadah plastik di meja makan. Ada tahu goreng, tempe goreng, dan perkedel yang keliatannya sudah cukup berumur... Tempe mendoannya cukup enak tapi... dan nyambung dengan Tautonya yang gurih.

Selain dari Tauto, ada paket makanan pecel yang mengandung ikan asin dan ikan cucut (!). Ada juga masakan khas dari nangka muda, tapi namanya lupa. Minuman pun cukup banyak pilihan, dan ada juga Teh India seharga 4000 rupiah, yang saya duga adalah variant dari Teh Masala.

Warung ini buka sejak pagi jam 9, hingga malam hari jam 8. Tempatnya ya ala warung, tapi cukup bersih. Di salahsatu kolom tiang bangunan ada satu figura berisi beberapa foto yang diberi judul "This week photo". Kemarin itu isinya soal orang yang dikejar-kejar Polisi di suatu perempatan (entah dimana), orangnya satu polisinya banyak dan bersenapan otomatis. Foto ketiganya, orang itu dah terkapar dengan darah mengalir dari dada nya....

Selera foto yang aneh buat warung makan... Ya nggak?

0 comments:

Everyday Jakarta - Review

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Karet casablanca, Jakarta
Letaknya nyempil di sudut jajaran ruko disamping jembatan layang Karet yang melintas Sudirman, seberang Danamon lama (sekarang Sudirman Square?).

Makanannya cukup enak, porsinya gede, penyajiannya menarik, menunya beragam, tempatnya apik, dan yang lebih penting; harganya murah. Pricewise: Good.

Aneka menu nasi-nasian, dan mie-miean, dihargai antara 12.5K hingga 15K. Menunya standar Chinese Resto kelas menengah, ada Fuyunghai, Capcay, Sapo Tahu, aneka nasi goreng yang unik, dan aneka masakan siram-siraman (tapi bukan saling siram). Ada menu-menu agak langka juga, misalnya a'la Jendral Tso. Juga ada lima atau enam macam steak komplit (dengan karbohidrat dan sayuran) yang dihargai antara 17.5K hingga 20K. Kemaren Ade nyoba Chicken Cordon Bleu nya yang cukup sukses dari segi kualitas, rasa, dan tampilan.

Ada menu spesial harian, dan untuk kemaren adalah Chicken Maryland.

Pramusajinya kadang terlihat jaim dan kaku, tapi kesana bukan buat nonton mbak-mbak ngegosip kan? Jadi biarin aja lah... makanan ama tempatnya cukup oke koq.

0 comments:

Atmosphere Bandung - Review 2005

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: International
Location:Lengkong Besar, Bandung

Kali pertama kunjungan saya ke tempat ini ialah beberapa tahun lalu. Dulu untuk mencari tempat pun susah, disana-sini penuh. Kunjungan pertama ini berhasil menyimpulkan bahwa tempat ini memang asik nuansanya, namun makanannya so-so. Beberapa menu lokal yang teman-teman saya coba rata-rata dinilai gagal, entah dari segi correctness, maupun dari segi kenikmatan. Tapi satu hal juga yang saya catat waktu itu, harga-harganya cukup reasonable.

Malam itu di Bandung saya sempat tanya-tanya sama rekan food hunter saya Adi, dan beberapa rekan untuk rekomendasi tempat makan malam di Bandung. Namun karena rata-rata tempat yang disarankan berada jauh dan sulit untuk ditempuh dengan angkutan umum, maka saya memutuskan untuk menjamu "€œtamu-tamu"€ saya ke tempat ini sekalian untuk revisit, barangkali sudah ada perubahan significant sejak kunjungan pertama saya dua tahun lalu.

Diiringi hujan gerimis yang tak hentinya mengguyur Bandung semenjak sore hari, saya lalu mengajak dua tamu saya; Ade, dan adik saya Dea untuk menuju lokasi Atmosphere di Jl. Lengkong. Kebetulan juga adik saya ini walaupun adalah penduduk asli Bandung namun belum pernah menginjakkan kakinya di tempat yang sempat ngetop (for good and bad) ini.

Malam itu suasana lengang, hanya sedikit saja mobil diparkir di halaman, menunjukkan jumlah pengunjung yang masih sedikit. Hal ini terjadi agaknya karena suasana libur Lebaran masih berpengaruh, dan orang-orang masih malas untuk keluar rumah setelah mudik, apalagi ini adalah malam pertama dihari mereka kembali masuk kerja.

Dari segi suasana terlihat belum ada perubahan, kecuali adanya patung pria berpakaian arab yang agaknya dipajang disana untuk mengentalkan nuansa Idul Fitri, walaupun sebenarnya malah terlihat janggal, karena hari raya Lebaran ini bukanlah mengenai Arab, atau mengenai padang pasir.

Sementara dua tamu saya masih celingukan dan terkagum-kagum, saya langsung menuju halaman belakang bangunan, dimana terdapat saung-saung lesehan diatas kolam, untuk makan sambil duduk bersila atau selonjoran.

Pernah ada selentingan buruk mengenai tempat ini dan saungnya, saat seorang pengunjung yang tidak puas menulis di harian Pikiran Rakyat karena merasa Atmosphere pilih kasih dengan membatasi penggunaan saung hanya untuk pengunjung dengan jumlah besar saja. Namun malam itu agaknya aturan itu sedang tidak berlaku, karena kami bertiga diperkenankan untuk memakai satu saung besar berkapasitas delapan hingga duabelas orang itu.

Dalam kunjungan kedua ini baru ketahuan kalau ternyata menu andalannya adalah steaks, dengan menu favorit yaitu Beef Steak Washington. Dari beragam pilihan yang ada, kita memilih tiga macam steak; Beef Steak Washington (32.5K), Entreconte Mont Blanc (35K), dan American Mixed Grills (37.5K). Masing-masing steak berbeda dari jenis saus yang dipakai; BSW memakai saus jamur, EMB memakai saus yang rasanya cenderung mirip bumbu sate, sementara AMG dengan saus BBQ yang asam manis. Untuk appetizernya kita nyoba Fried Calamary (14.5K), dan Seafood Chowder (7.5K). Sedangkan untuk dessertnya Ade penasaran ama Tiramisu (14K), dan saya penasaran pengen bandingin Creme Brulee nya (13K), sama punyanya Bistro PS. Dari tiga pilihan rasa, kita milih yang rasa Espresso.

Ade dan Dea memilih steaknya untuk dimasak well-done, walau telah saya wanti-wanti berulang kali untuk memilih paling tidak medium-well untuk bisa mengapresiasi "€œtrue taste"€ dari daging steak nya. Saya sendiri memilih steak saya untuk dimasak medium, tidak medium-rare, karena khawatir sama kualitas daging yang dipakai, apalagi kami semua memilih variant daging lokal. Mengenai pilihan saya, sebenarnya saya nggak terlalu suka saus BBQ, namun karena terdapat empat macam daging dalam menu ini (beef, lamb, chicken, sausage), maka saya nggak keberatan buat sedikit berkorban.

Sambil menunggu pesanan datang, kami tiduran dengan nyaman di lantai kayu yang luas itu, sambil ditemani udara Bandung yang dingin. Di bagian sisi saung ternyata terdapat penahan kayu untuk mencegah bantal terjun bebas ke kolam, jadi jangan khawatir untuk bersandar. Minuman pesanan kami lalu datang tak lama kemudian. Mungkin karena malam itu pengunjung sedang sedikit maka suasananya tenang dan pelayanannya lebih memuaskan?

Setelah lewat beberapa seruput teh Twinnings dalam tiga variasi (Peppermint, Earl Grey, dan English Breakfast), pramusaji lalu hadir membawa makanan pembuka.

Calamary hadir dengan saus tartar yang gurih creamy, dengan porsi yang agak ngirit (7 pieces), sedangkan Seafood Chowder nya hadir dalam porsi standar, kurang lebih sebesar porsi sup nya Pizza Hut. Dari segi rasa, Seafood Chowder ini mengingatkan pada masa silam di Bandung saat Gelael Dago masih menyajikan krim sup dan hot dog berkualitas tinggi, rasanya mirip. Ade yang agak spesifik dalam hal selera makan kelihatannya tidak bermasalah dengan sup ini, berbeda dengan saat dia mencoba Shrimp Bisque nya Ya Udah yang cenderung masuk kategori Hard Core.

Saat sendok dan tangan masih sibuk berseliweran kesana kemari, makanan utamanya datang. Ketiga steak nya tampil cukup menarik, Ade mengganti mashed potato dari BSW nya dengan french fries, biar kompak dengan EMB nya Dea. Saya sendiri ngebiarin AMGnya hadir dengan Potato Wedges, goreng kentang bersalut tepung gurih. Porsi steak nya cukup besar, nggak tau berapa gram, namun mengenyangkan untuk kapasitas perut normal. Daging yang dipakai kualitasnya cukup baik, dimasak dengan cukup benar, saus-saus nya juga cukup memuaskan, full-bodied dan cukup rich.

Ketika tiba waktunya untuk dessert, Tiramisu hadir dalam porsi sedang-kecil, begitu juga dengan Crème Brulee nya. Tiramisu nya terasa kurang nendang, lebih mirip coffee cake karena kurang creamy, sedangkan Crème Brulee nya cukup enak, walau hidangan yang menurut saya masih sekeluarga dengan Sarikaya ini masih kalah kualitas dengan punyanya Bistro PS.

Kelihatannya kunjungan kedua ini berbuah baik, karena saya jadi berpandangan lain terhadap tempat ini. Suasana masih tetap menjadi daya tarik utama, namun didukung juga dengan makanan berkualitas cukup baik dan enjoyable, dengan harga yang cukup murah. Walaupun pramusaji kami lupa untuk mengulang pesanan kami diakhir pemesanan, servis secara keseluruhan terasa lebih responsive, semoga saja bukan semata-mata karena sedang sepi pengunjung...

Saya nggak tahu apa Chef nya sudah ganti dan lebih skillful dalam mengolah makanan lokal, namun mengingat pengalaman terdahulu yang gagal total dari segi rasa, maka saya masih nggak berani buat mesan menu hidangan lokal disini. Buat amannya, stick to the steaks!

0 comments:

Lawry's Prime Ribs

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Steak
Location:Plaza Senayan, Jakarta
Setelah survey sana-sini ketauan kalau menu disini yang worthed cuma Prime Ribs nya, dan yang ngebedainnya adalah cut nya, yang sekaligus nentuin berat dari steak yang terhidang.

Di hari-H nya, ternyata ketauan kalau Lawry's selama bulan Ramadhan itu punya paket Ramadhan special seharga 150K/pax. Dalam menu ini sudah termasuk 125 gr US Prime Ribs, pilihan Onion Soup atau Salad, satu macem side-dish, mashed potato / french fries, Yorkshire Pudding, dan Whipped Cream Horseradish atau parutan Horseradish segar. Untuk minuman disediakan juga gratis teh manis.

Gaya tempatnya kolonial banget, dengan nuansa antik dan elegant. Lawry's PS merupakan satu-satunya cabang Lawry's di Indonesia karena peraturan Lawry's Internasional menyatakan cuma boleh ada satu cabang Lawry's di satu negara. Disini terdapat juga Private Room dengan kapasitas 10 - 20 orang.

Onion Soup nya berasa mirip kuah semur... tapi ini ga berarti buruk, cuma saja kebetulan kita punya makanan yang mirip. Sementara saladnya diberi dressing yang luar biasa asem sehingga saya bersyukur sekali milih soup instead of salad.

Yang unik dari Lawry's adalah kereta dorong ribs nya yang terbuat dari stainless steel dengan gaya yang mengingatkan kita pada film "Metropolis" dari era baheula. Didalam kereta yang sekaligus merupakan tempat memasak ribs ini, berdiri rangkaian ribs yang megah (dan mahal) untuk kemudian dipotong oleh Carver sesuai potongan yang kita pesan.

Demi pengalaman, saya mesen yang dimasak medium-rare demi ngapresiasi rasa daging yang sulit ditemui di tempat lain ini. Akibatnya, sekeping besar daging yang hadir di meja saya masih memiliki warna merah muda segar dan agak-agak berdarah. Namun karena memang rasa dagingnya enak, nggak ada masalah dalam menghabiskan hidangan yang rada gory ini. Temen saya yang kemudian nyoba nganggap punya saya lebih enak dibandingin punya dia yang medium done.

Gimana cara Carver nya nyajiin daging berbeda kematangan ini dari rangkaian ribs yang cuma sebiji? Ternyata rahasianya ada di cara dia nempatin rack of ribs nya ini. Karena dipasang vertikal, maka untuk daging dengan kematangan well-done, Carver tinggal memotong daging dari bagian bawah rack, alias dasarnya yang langsung bersentuhan sama permukaan pinggan. Untuk bagian medium-well dia ngambil bagian atas rack, sedangkan untuk rare atau medium rare dia ngambil dari bagian tengah... Simple ya? Ga usah repot-repot masak satu persatu lagi, tinggal Carvernya aja harus jeli menilai bagian mana yang harus dipotong.

Sebagai side-dish saya milih "Creamed Spinach" yang tak lain adalah sayur Bayam cacah dicampur krim, dan rasanya cukup enak. Yorkshire Pudding, bukanlah sembarang pudding. Makanan ini bukan dessert tapi termasuk side-dish berkarbohidrat tinggi. Teksturnya mirip "Telur Kembung" dalam masakan Padang, dengan rasa yang tidak terlalu gurih dan lebih ke roti-rotian.

Hal unik lainnya ialah tersedianya "Whipped Cream Horseradish" yang merupakan versi ringan dari "Wasabi"nya makanan Jepang. Diluar dugaan ternyata rib steak dan krim tersebut berpadu rasa dengan baik.

Dari segi kualitas, it's really good. Tapi dari segi harga... keliatannya bukan konsumsi kuli web macem saya ni'... apalagi kalau sambil makan saya kerajinan ngitung berapa "Paket D" nya "Hoka-Hoka Bento", atau berapa porsi Pecel Lele bisa saya dapet buat sekali makan disana... He he he (bay)

0 comments:

Sumber Hidangan

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: European
Location:Braga, Bandung
Tempat makan ini mungkin adalah satu-satunya tempat tersisa di Bandung yang masih meninggalkan suasana Bandung Tempo Doeloe. Betapa tidak, begitu menginjakkan kaki di toko ini, kita serasa kembali ke masa silam dan masuk ke film-film nya Roy Marten / Yessy Gusman saat rambut gondrong berjambul masih trend, dan mobil favorit penjahat adalah Toyota "Hardtop". Hal ini terjadi karena atmosfer ruangan yang terasa uzur, dengan warna yang kusam, foto-foto hitam putih, dan etalase-etalase antik yang terasa menyimpan banyak misteri ('cailee!).

Sebenarnya bangunan ini berasal dari masa yang lebih tua lagi, yaitu sekitar tahun 1920-an, saat Bandung masih memiliki elit sosial kaum pendatang bangsa Belanda yang saat itu rajin nongkrong di klub Concorde, yang bermarkas dekat dengan bangunan Hotel Savoy Homann.

Selain dari ciri-ciri ruangan tadi, semua kue dan roti yang dijajakan di toko inipun memiliki nama yang asing (kecuali mungkin bagi mereka yang sekarang sudah menyandang gelar "oma" dan "opa"). Sebut saja Krenten (Roti Kismis), Bitterballen (Butter Balls?), dan Marsipan (Bolu bersalut gula lembek)...

Krenten disini memiliki karakter roti yang agak alot, sehingga butuh usaha lebih untuk memakannya. Rasanya sendiri agak mirip dengan roti jagung, atau roti berserat kasar lainnya. Walhasil, rasanya beda dengan roti kismis yang biasa ditemui. Harganya? Sekitar 2000 rupiah.

Roti krim kejunya berupa roti pipih panjang dengan olesan krim manis dan parutan keju Edam ("keju ayam"). Enak, tapi hati-hati buat yang cuma biasa makan keju Cheddar nya Kraft, karena keju Edam rasanya agak tajam dan anyir. Roti ini dijual lebih mahal dibandingkan roti jenis lain, sekitar 3000 rupiah.

Bitterballen nya memiliki rasa mirip ragout untuk mengisi risoles, dengan kulit yang renyah. Cemilan ini cenderung adiktif, apalagi jika dimakan saat masih panas... Ada beberapa ons di etalase makanan panas, namun untuk pembeli dalam jumlah banyak (diatas dua ons), biasanya koki akan membuat yang baru, sehingga pelanggan mendapat yang masih fresh . Biterballen ini dijual berdasarkan berat, harga satu ons nya 2800 rupiah.

Marsipan adalah salahsatu kegemaran saya dan adik. Penganan andalan Lubeck (Jerman) ini dulu adalah hal yang saya benci karena "bau" dan rasanya yang aneh, namun sekarang rasa yang saya benci ini malah jadi hal yang bikin nagih, dan selalu saya cari kalau ke Bandung. Agaknya selera seseorang akan berganti seiring pertambahan usia ya?

Waktu kunjungan kemarin kita mencoba juga cake yang namanya "Amandel". Agak miris terdengar di kuping, namun ternyata rasanya sih nggak seperti namanya... manis dan berkarakter rasa mirip Marsipan, dengan cacahan kacang dan lain-lain. Cake nya padat, jadi cukup mengenyangkan.

Selain dari makanan tersebut, mereka juga menyediakan aneka ragam kue, pastry panas, fruit taart, roti-rotian, termasuk roti tawar buatan sendiri, dan roti buaya (berdasarkan pesanan). Sebagai teman roti, mereka menjual juga aneka ragam meses, mulai dari yang rasa coklat, framboos, citrus, dan jeruk. Ada juga selai pindakas (kacang tanah), dan semuanya buatan sendiri.

Bagi penggemar coklat, Sumber Hidangan menyajikan juga aneka ragam penganan manis ini, mulai dari bolu pejal berisi selai dengan ujung coklat, coklat isi noga (gula kacang), isi bolu, isi putih telur yang dipanggang, hingga coklat isi rhum. Semuanya dijual dengan harga rata-rata dibawah 5000 rupiah perbuah, kecuali coklat isi rhum yang dijual berdasarkan berat.

Dan jika kita bermaksud untuk langsung menyantap kue-kue tersebut, atau sedang menanti Bitterballen nya matang, kita bisa menunggu di ruangan sebelah yang sekaligus berfungsi sebagai restoran. Restoran yang selalu lengang ini menyajikan aneka hidangan lokal dan yang agak ke Belanda-belandaan, mulai dari sate ayam, gado-gado, aneka nasi goreng, hingga ke steak dan sosis babi (hati-hati kalau memesan). Jika ingin mencoba yang unik, coba Nasi Goreng Tomatnya. Rasanya tidak ada restoran lain yang punya Nasi Goreng Tomat seperti disini.

Untuk minuman, mereka memiliki aneka ragam es krim yang mereka buat sendiri. Untuk variasinya pun macem-macem, ada yang dihidangkan dicampur noga kacang, buah, atau sirup coklat. Kalau mau yang lebih ringan, mereka punya sorbet juga.

Berbeda dari toko makanan umumnya, Sumber Hidangan tutup di hari Minggu! Nah masalahnya, 90% waktu saya ke Bandung adalah hari libur, alias Sabtu dan Minggu... Untuk menambah rumit masalah, tempat ini dulu masih memiliki kebiasaan unik warisan kaum Londo, yaitu... tutup pada jam tidur siang! Mereka akan menutup bisnis pada jam satu atau dua siang, untuk kembali buka di sore hari sekitar jam 5, dan kemudian mengakhiri bisnis pada jam 7... Tak jarang saya nyampe sini saat papan-papan penutup toko mulai dipasang. Atau makan di restorannya sementara mereka mulai menutup pintu penghubung toko dan restoran.

Untungnya dalam kunjungan kemarin ada kabar gembira bahwa mereka sekarang buka nonstop dari pagi hingga malam. Minggu tetap tutup dan jam tutup malam tidak nambah, tapi paling nggak ini lonjakan yang berarti.

Dalam waktu dekat akan dibangun Braga Walk, dengan lokasi sekitar seratus meter dari Sumber Hidangan. Mungkin kelak daerah ini akan lebih hidup dan Sumber Hidangan akan mempertimbangkan untuk buka juga di Hari Minggu....

Atau benar kata gosip bahwa yang punya gak butuh duit dan cuma iseng jualan kue?... Hmm... We'll see... (byms)

0 comments:

Gokana Japanese Fast Food, Puri Indah Mall, Jakarta

Ini sebenernya pengalaman taun lalu, tapi karena lupa nama restorannya apa, jadi baru ditulis sekarang.

Gokana mengambil konsep paduan antara Hokben (Hoka-Hoka Bento), dengan resto non-fast food. Menu yang disajikan rata-rata dimasak kilat dulu sebelum diberikan ke customer, makanya antrean rada panjang, walaupun karena kokinya pada cekatan, waktu nunggunya gak lama. Selagi nunggu juga, kelenjar liur bakalan diaktifkan karena mencium harum wangi hidangan yang lagi dimasak.

Pilihan menu hadir dalam beberapa belas variasi (iya, belasan), yang semuanya merupakan kombinasi dari main dishes dari jenis ayam dan sapi yang dimasak ala teriyaki, yakiniku, katsu, dll., dan side dishes dengan varian beragam dan item yang mirip banget sama punyanya Hokben, spicy chicken, shrimp roll, kani roll, dll.

Harga cukup murah, rata-rata berkisar seputar belasan ribu rupiah saja untuk satu set makanan komplit (minus minuman), dengan porsi, kualitas, dan rasa yang cukup memuaskan. Ambil contoh misalnya Beef Teriyaki yang saya pesan, irisan dagingnya cukup tebal, dan kualitasnya baik, jadinya mirip makan steak komplit dengan harga cuma 20 ribuan.

Tempatnya sendiri cukup kecil, namun dari pengalaman waktu itu, kita gak kesulitan dapet tempat duduk karena cuma makan berdua. Kalau banyakan, mungkin harus siap-siap bersabar, karena tempat ini selalu penuh sesak sama pengunjung. (byms)

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine:Japanese / Sushi
Location:Puri Indah Mall, Food Court

0 comments:

Sakana Japanese Restaurant, Mid Plaza, Jakarta


Sebenernya tempat ini udah nggak asing lagi dikalangan anak Epicurina, terutama karena harganya yang reasonable, suasana enak, dan makanan yang cukup oke, padahal terletak jantung kawasan bisnis perkantoran (seberang Chase, sebelah Da Vinci, menara Drakula tu').

Setting interior nya tradisional - casual. Ada banyak meja untuk bersila, menjulurkan kaki di kolong, atau duduk di kursi. Banyak yang dateng sini orang Nippon abis kerja, duduk santai sambil minum sake atau shochu dari botol pribadi mereka. Botolnya ini disimpen sama Sakana, didisplay di bagian ruang reception sekaligus tempat penitipan alas kaki (masuk ruangan harus nyeker, jadi kalau tentara lagi dinas ga bisa mam disini).

Makanan favorit sudah pasti "Okonomiyaki" (tanya aja mbak2nya kalau gak percaya): Sepinggan hot-plate "martabak Jepang" (liat foto bagian kiri tengah), berisi aneka sayuran dan potongan sea-food, dihiasi serpihan kertas yang menari-nari milip cacing laut... he he he... Dijamin 100% kalau yang baru pertama mesen pasti kaget!

Menu disini termasuk kumplit dan all-round, jadi buat sushi-haters dan sushi-lovers bisa gaul disini tanpa harus ada kubu yang kecewa. Sushinya lumayan walau bukan the best, bento set nya dahsyat, dengan harga 50rb an dah dapet barang bagus beragam deh (liat foto). Menu lainnya, good quality dan affordable. Kl mo diambil rata-rata, berdua abis dibawah cepek masih bisa dan puas. Kl mo diambil gilanya, gw ama dua temen pernah mesen ampe sebelas macem menu disini dan dikasi bill cuma 70rb an per orang. Gile gak tuh?

Selain dari oom oom pulang kerja, pengunjung lain dateng kesini dengan tujuan beragam, mulai dari nge-date, ampe bawa keluarga tetangga plus anak-anaknya yang bikin onar... so jangan harap suasananya romantis ya... seperti gw tulis tadi... "casual".

Kl mo dateng banyakan, apalagi weekend, jangan lupa reserve dulu ke 021 574 6452, mereka buka cuma waktu lunch (11:30 - 14:00), dan dinner (17:30 - 22:30).

Ittadakimaaaasss!!! (byms)

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine:Japanese / Sushi
Location:Mid Plaza, Basement

1 comments:

Appearances